OLEH:
KH ARWANI FAISAL
PELATIHAN KADER
PENGGERAK NAHDLATUL ULAMA
( PKP NU )
ANGKATAN IV
Rengasdengklok
Karawang, Jawa Barat
17 – 23 Desember 2012
PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA
( PBNU )
MUQADDIMAH
1. NU Fokus Bidikan Gerakan Radikalisme
a.
NU ormas Islam terbesar
berfaham Aswaja yang senantiasa berkomitmen dalam mempertahankan NKRI diakui
sebagai kekuatan besar yang menghalangi gerakan radikalisme untuk membangun
Negara Islam dalam bentuk khilafah.
b.
Warga NU yang sangat banyak
dan kebanyakan kurang memahami doktrin-doktrin Aswaja sangat rentan untuk dapat
dibujuk dengan berbagai propaganda gerakan radikalisme untuk masuk ke dalam
barisan mereka.
2. Ancaman Terhadap NU
a.
Gerakan radikalisme telah
berusaha secara maksimal untuk menumbangkan NU dengan meruntuhkan
doktrin-doktrin Aswaja yang dianutnya.
b.
Gerakan radikalisme selalu melakukan
stigma negatif terhadap NU dan Aswaja melalui berbagai propaganda.
c.
Propaganda gerakan
radikalisme telah menjadikan sebagian warga NU hanyut dan bergabung menjadi
satu barisan dengan mereka untuk berbalik menyerang NU.
d.
Semboyan gerakan
radikalisme; tiga tahun yang akan datang Nahdlatul Ulama hanya tinggal papan
nama.
3. Gerakan
Perlawanan NU
a.
Di antara pengurus NU di setiap tingkatan
menguasai pemahaman tentang Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah (Aswaja).
b.
Membuktikan, bahwa Aswaja dalam perspektif NU (yakni
Asy’ariyah dan Maturidiyah) merupakan pemikiran Aswaja yang ashahh
(lebih shahih) dan lebih aman dibanding faham-faham lain, serta menjadi faham
mayoritas ummat Islam.
c.
Membuktikan berbagai titik lemah faham-faham
selain Aswaja sebagaimana dalam perspektif NU.
BAB I
AHLUS SUNNAH WAL-JAMA’AH
A.
Sejarah Ahlus Sunnah
Wal-Jama’ah (Aswaja)
1. Madzhab Politik
a.
Jumhurul Muslimin
Jumhurul Muslimin adalah sebutan sesuai makna kalimat,
yakni mayoritas ummat Islam. Sebutan tersebut kemudian berubah menjadi
“Ahlussunnah”. Selanjutnya berdasarkan suatu hadits, pada suatu ketika sebagian
ulama menambahkan kata “Wal-Jama’ah”, sehingga menjadi Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.
Adapun yang dimaksud ”al-Jama’ah” adalah persatuan.
Setelah Rasulullah SAW. wafat, Jumhurul Muslimin ketika
itu menyepakati terpilihnya Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. menjadi khalifah menggantikan
Rasulullah SAW. dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah Islam dan kenegaraan.
Setelah Abu Bakr Ash-Shiddiq ra. wafat,
memilih dan mengangkat ’Umar ibn al-Khath-thab ra. untuk menjadi Amirul
Mukminin. Selanjtunya sepeninggal ’Umar ibn al-Khath-thab ra., memilih dan
mengangkat ’Utsman ibnu ’Affan ra., dan sepeninggal ’Utsman ibn ’Affan ra.,
memilih dan mengangkat ’Ali ibn Abi Thalib ra.
b.
Syi’ah
Syi’ah
merupakan sekelompok ummat Islam yang mendeklarasikan ‘Ali ibn Abi Thalib ra.
menjadi “Imam” (Pemimpin) sebagai khalifah (pengganti Rasulullah SAW.) yang
menurutnya secara ‘aqliy (logika) terdapat wasiat dari Nabi SAW.
Doktrin-doktrin
Syi’ah secara umum (selain Syi’ah Zaidiyah) dalam masalah imamah
(kepemimpinan), antara lain:
1) Imamah
(kepemimpinan) hanya milik keturunan Rasulullah SAW. sedangkan bagi selain
keturunan beliau adalah kedhaliman;
Þ
Mereka menganggap hanya ‘Ali ibn Abi Thalib ra.
sepupu beliau yang berhak menduduki khalifah. Sedangkan Abu Bakr Ash-Shiddiq
ra., ‘Umar ibn ‘Affan ra., dan Utsman ibn ‘Affan ra. menduduki khalifah /
Amirul Mukminin merupakan tindakan ghashab.
Þ
‘Ali ibn Abi Thalib ra. justeru melarang siapa
pun yang mengagungkan dirinya melebihi Abu Bakr Ash-Shiddiq ra., ‘Umar ibn
‘Affan ra., dan Utsman ibn ‘Affan ra. Bahkan menyuruh untuk mencambuknya 80
(delapan puluh) kali.
2) Imamah merupakan
urusan terkait rukun atau dasar agama Islam yang bagi Rasulullah SAW. dan para
Rasul lainnya tidak mungkin menyia-nyiakannya dengan menyerahkan kepada
ummatnya secara umum.
Þ Imamah bukan
merupakan urusan terkait kemaslahatan yang dapat dilakukan melalui proses
pemilihan dan pengangkatan oleh ummat Islam secara umum.
Þ
Imam (pemimpin agama) tidak
dapat dipilih dan diangkat melalui musyawarah.
3)
Para Imam bersifat ma’shum
(terjaga dari dosa besar dan kecil) sebagaimana Rasulullah SAW. dan para Rasul
lainnya.
Þ
Setiap keputusan imam adalah
mandiri tanpa musyawarah
Þ
Setiap keputusan imam
berlaku secara mutlak (tidak dapat diganggu gugat sebagaimana keputusan
Rasulullah SAW.).
4)
Taqiyyah adalah menyembunyikan hakikat yang sebenarnya, dan melahirkan hal-hal yang
(bukan sebenarnya) sesuai kondisi yang ada ketika dikhwatirkan terjadinya madlarrah
(bahaya).
Þ
Taqiyyah merupakan kewajiban
dengan tetap meyakini adanya imamah yang disembunyikan.
c.
Khawarij
Khawarij merupakan sekelompok ummat Islam :
1)
Keluar dari jama’ah
(kumpulan / persatuan) di bawah kepemimpinan ‘Utsman ibn ‘Affan ra, dan
menobatkan diri sebagai oposisi. Bahkan mereka membunuhnya karena menganggapnya
telah kafir.
2)
Menolak kebijakan ‘Ali ibn
Abi Thalib ra. dalam menerima tahkim (perjanjian damai) dengan
Mu’awiyah. Kemudian mereka menyatakan keluar dari jama’ah (kumpulan /
persatuan) di bawah kepemimpinan ‘Ali ibn Abi Thalib ra., dan menjadikan
dirinya oposisi.
2. Madzhab Fiqh
Terbentuknya tiga madzhab dalam bidang siyasah
(politik) sebagaimana di atas mengawali terbentuknya madzhab-madzhab dalam
bidang fiqh yang didasarkan pada manhaj yang berbeda.sesuai golongan
politknya.
3. Madzhab Aqidah
Tiga madzhab dalam bidang siyasah (politik)
tersebut mengawali pula terbentuknya madzhab-madzhab dalam bidang ‘aqidah
sebagaimana terbentuknya madzhab-madzhab di bidang fiqh.
B.
Kreteria Aswaja
Ahlus
Sunnah Wal-Jama’ah secara etimologis adalah orang yang berpegang teguh pada
sunnah Nabi SAW, dan mempertahankan jama’ah (kumpulan / persatuan) ummat.
Adapun makna yang dimaksud, Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah adalah orang yang berpegang
teguh pada Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW. dan para shahabatnya (serta penjabaran para
ulama), serta mempertahankan persatuan ummat Islam.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي
إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى
أُمَّهُ عَلاَنِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بَنِي
إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَ مِلَّةً
وَاحِدَةً) قَالُوا: "وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟" قَالَ: (مَا
أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي) رواه الترمذي - وقَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
مُفَسَّرٌ لاَ نَعْرِفُهُ مِثْلَ هَذَا إِلاَ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى إِحْدَى
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَهَلَكَتْ سَبْعُونَ فِرْقَةً وَخَلَصَتْ فِرْقَةٌ
وَاحِدَةٌ وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
فَتَهْلِكُ إِحْدَى وَسَبْعِينَ وَتَخْلُصُ فِرْقَةٌ) قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ
مَنْ تِلْكَ الْفِرْقَةُ؟ قَالَ: (الْجَمَاعَةُ الْجَمَاعَةُ) رواه أحمد
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتْ النَّصَارَى
عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ
وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ. وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ
أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ
وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ)، قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ هُمْ؟
قَالَ: (الْجَمَاعَةُ). - رواه ابن ماجه
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ افْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِي سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ
فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَ وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ) رواه ابن
ماجه
عَنْ
الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ: وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلاَةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً
ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ
هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللهِ،
قَالَ: (أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ
حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلاَلَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ
ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ
الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ). - رواه الترمذي، وقَالَ هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
عَنْ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً
بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ
قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ
إِلَيْنَا، فَقَالَ: (أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ
عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا
كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ
الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ). – رواه أبو داود
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: (تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ أَوْ
اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلِكَ، وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً) رواه الترمذي - وقَالَ حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (افْتَرَقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتْ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ
وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً).
- رواه أبو داود
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
(تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً). - رواه ابن ماجه
C.
Karakteristik Aswaja
1.
Tawassuth
·
Tawassuth (moderat); Ajaran Islam secara keseluruhan berada dalam posisi antara Yahudi
dan Nashrani, dalam arti tidak liberal dan tidak pula radikal. Sedangkan tawassuth
di antara sesama ummat Islam yang memiliki pemikiran berbeda mengenai
syari’at Islam adalah pemikiran yang tidak ghuluww atau tasyaddud (melampaui
batas yang mengarah pada liberal dan radikal).
وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا (البقرة: 143)
Dan demikian
(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. Al-Baqarah: 143)
ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ (فاطر: 32)
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar.
عن
أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
(إِنَّ هَذَا الدِّينَ مَتِينٌ فَأَوْغِلُوا فِيهِ بِرِفْقٍ) رواه أحمد
عَنْ يَحْيَى بْنِ بَشِيرِ بْنِ خَلاَدٍ عَنْ أُمِّهِ أَنَّهَا
دَخَلَتْ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ الْقُرَظِيِّ فَسَمِعَتْهُ يَقُولُ:
"حَدَّثَنِي أَبُو هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (وَسِّطُوا الْإِمَامَ وَسُدُّوا الْخَلَلَ) رواه أبو داود
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: (إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَ غَلَبَهُ
فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ
وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ) رواه البخاري
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (يَسِّرُوا وَلاَ
تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا) رواه البخاري
عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ يَحْتَجِرُ حَصِيرًا بِالليْلِ فَيُصَلِّي عَلَيْهِ وَيَبْسُطُهُ بِالنَّهَارِ
فَيَجْلِسُ عَلَيْهِ فَجَعَلَ النَّاسُ يَثُوبُونَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيُصَلُّونَ بِصَلاَتِهِ حَتَّى كَثُرُوا فَأَقْبَلَ،
فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ
اللهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ مَا
دَامَ وَإِنْ قَلَّ) متفق عليه
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: (هَلَكَ الْمُتَنَطِّعُونَ، قَالَهَا ثَلاَثًا) رواه مسلم
·
Gambaran Tawassuth
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا، وَخَطَّ فِي وَسَطِ الْخَطِّ
خَطًّا، وَخَطَّ خَارِجًا مِنْ الْخَطِّ خَطًّا وَحَوْلَ الَّذِي فِي الْوَسَطِ
خُطُوطًا، فَقَالَ: (هَذَا ابْنُ آدَمَ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ وَهَذَا
الَّذِي فِي الْوَسَطِ الْإِنْسَانُ وَهَذِهِ الْخُطُوطُ عُرُوضُهُ إِنْ نَجَا
مِنْ هَذَا يَنْهَشُهُ هَذَا وَالْخَطُّ الْخَارِجُ الْأَمَلُ) رواه الترمذي وابن
ماجه وأحمد، واللفظ للترمذي، وقال: "هذا حديث صحيح"
2. Tasamuh
﴿لاَ يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ
الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ
دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ (الممتحنة: 8)
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik
dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
3. Menjadikan Islam Sebagai Rahmat
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾ (الأنبياء:
107)
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’: 107)
D.
Rujukan, Sumber dan Manhaj
1.
Rujukan
a.
Dalam bidang Aqidah / Teologi Islam, mengikuti
Abul Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidi.
b.
Dalam Bidang Fiqih / Hukum Islam, bermazhab
secara qauli dan manhaji kepada salah satu Al-Madzahib Al-Arba’ah
(Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali)
c. Dalam bidang
Tasawuf, mengikuti Imam al Junaid al Baghdadi (W. 297 H.) dan Abu Hamid al Ghazali (450-505 H./1058-1111 M.).
2.
Sumber
a.
Al-Qur’an
b.
As-Sunnah
c.
Al-Ijma’
d.
Al-Qiyas
3.
Manhaj
a.
Menggunakan seluruh
dalil nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan tidak menggunakannya sebagian dan
meinggalkan sebagian lainnya.
b.
Memahami nash-nash
Al-Qur’an dan As-Sunah dengan kaidah-kaidah ushuliyyah yang teruji dan terpercaya,
sehingga tidak bertentangan antara suatu nash dan nash yang lain.
c.
Menyadari, bahwa setiap
masalah yang tidak ada dalil qath’i mengenai hukumnya merupakan masalah ijtihadiyyah
yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat.
d.
Toleran dalam
menghadapi perbedaan pendapat atas masalah ijtihadiyah, dan tetap menjaga
keutuhan ukhuwwah Islamiyah.
----- o0o
-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar