Sabtu, 16 Mei 2015

KEPEMIMPINAN DASAR


KATA PENGANTAR



Untaian penuh harap dan pujian hanya bagi allah SWT, sang maha pencipta semesta alam. Berkat rahmat dan karuniaNYA kita semua masih bisa menghirup udara, menyaksikan terbitnya sinar sang surya dipagi hari diufuk timur dan terbenamnya sang surya diufuk barat . Lantunan shalawat salam senantiasa tak henti-hentinya tertuju kepada junjungan kita Nabi Agung Muhamad SAW sang revolusioner sejati yang telah sukses dan berhasil mengubah tatanan masyarakat jahiliyah yang penuh dengan penyimpangan-penyimpangan menjadi suatu masyarakat yang kaya akan peradaban dan semoga kita sekalian diakui sebagai umatnya kelak diyaumil akhir. amien
Berbagai musibah dan bencana yang menimpa manusia dalam beberapa kurun waktu terakhir ini, khususnya umat islam, telah mengakibatkan kita berada dalam kondisi kritis dan penuh cobaan. Jiwa-jiwa penuh kebimbangan. Penderitaan senantiasa membayangi kehidupan. Bahkan, orang bijak dan berakal pun tak kuasa berada dalam kegamangan.
Kalau sudah begini apa yang harus kita lakukan ? apa yang harus kita persembahkan untuk umat ? dan, bagaimana harus memulai perubahan itu ?
Sahabatku, jangan pernah menyerah dari keputus asaan. Selalu ada harapan. Kita harus bangkit bersama-sama. Kita harus ikut aktif memberikan yang terbaik untuk umat. Yakinlah, kita pasti bisa, dan sahabat pasti mampu melaksanakan segalanya.
Faktor keberhasilan perubahan itu terletak pada kaum itu sendiri. Ketika hati dengan lapang mau menerima islam, ia akan ikhlas menjadikannya sebagai pedoman dan petunjuk hidupnya.
Ada sebuah petunjuk dari al-Qur’an yang artinya , “sungguh, allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka sendiri mau mengubahnya”
Nah, jika demikian, pasti masih ada harapan dan bukan merupakan suatu yang mustahil. Perubahan memang datang dari allah SWT, tetapi ia tak datang begitu saja, mulailah dari diri kita, dengan tetap memohon pertolongan dan mendekatkan diri padanya. Bangun kesatuan umat, tinggalkaan berbagai bentuk kemaksiatan, yakin sepenuhnya kepada allah, tepis kebencian antar sesama, serta optimalkan waktu dan tenaga untuk kebangkitan islam. Dan , tegarlah dalam menghadapi cobaan, dan senantiasa berjihad dijalannya.
Untuk itu kita harus memiliki visi dan misi yang jelas dalam menjalani kehidupan. Berusahalah dengan sekuat tenaga untuk merealisasikannya dengan segenap pengetahuan, usaha, dan tekad yang kita miliki. Percayalah perubahan itu tidak perlu waktu lama. Umat Islam pasti akan kembali memimpin peradaban dunia, dan mendapatkan kehormatannya kembali yang telah lama hilang
UNTUKMU SATU TANAH AIRKU,
UNTUKMU SATU KEYAKINANKU
Dalam Do’a Kita Berserah
Untuk Indonesia Kita Pantang Menyerah
Wallahul Muafieq Ila Aqwamithorieq
Wassalaualaikum Wr. Wb
Salam Pergerakan

Heri Amanudin

KEPEMIMPINAN



A.      SIFAT DASAR KEPEMIMPINAN

Sebelum membahas lebih lanjut tentang kepemimpinan dan bagaimana menjadi pemimpin yang efektif, kita perlu tahu apa arti dari kepemiminan itu sendiri. Kepemimpinan telah menjadi topik yang menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu. Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang kepemimpinan. Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa “kepemimpinan merupakan salah satu fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk dipahami” (Richard L. Daft, 1999). Mendefinisikan kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan sulit, karena sifat dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan menjadi lebih sistematis dan objektif.

  1. DEFINISI KEPEMIMPINAN

Untuk lebih mempermudah sahabat memahami tentang kepemimpinan, maka akan diacuh satu definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan saling mempengaruhi diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya(joseph C. Rost.,1993). Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan sebuah proses yang saling mempengaruhi.
Seorang pemimpin harus bisa lebih berkualitas dan berbeda dibandingkan dengan bawahannya, namun sebuah organisasi juga membutuhkan seorang bawahan yang berkualitas. Sebab tanpa bawahan yang berkualitas, pemimpin akan melangkah dengan timpang. Dalam sebuah bahasa mengatakan “ panglima perang sehebat apapun tidak akan pernah menang melawan musuh kalau dia sendirian”. Pemimpin yang efektif dan bawahan efektif merupakan manusia yang sama, tetapi memiliki peran yang berbeda pada waktu yang berbeda. Idealnya, kepemimpinan dimiliki dan diperankan baik oleh pemimpin dan bawahan secara individual terlibat aktif dan bertanggung jawab atas tugasnya.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh center for creative leaderships di grensboro, north Carolina memberikan inspirasi baru bagi para pemimpin. Penelitian ini membandingkan 21 eksekutif  yang gagal dengan 20 eksekutif yang berhasil menduduki puncak organisasi. Para eksekutif yang gagal ini merupakan orang-orang yang cerdas, ahli dibidangnya masing-masing, seorang pekerja keras dan diharapkan maju dengan cepat. Akan tetapi, sebelum mereka sampai kepuncak organisasi, mereka dipecat/dipaksa untuk pensiun/mengundurkan diri (Mc Call& Michael Lombardo, 1983)
Mengapa para eksekutif ini gagal mencapai puncak prestasinya? dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa kebanyakan eksekutif yang gagal ini bukan  karena mereka tidak ahli dibidangnya masing-masing, tetapi karena mereka tidak mampu menguasai ketrampilan berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain. Para eksekuitf ini digambarkan sebagai orang yang dingin, tidak memiliki sikap empati, mementingkan diri sendiri, menjaga jarak, terlalu ambisius sehinga mereka lebih banyak dibenci para bawahanya.  Dengan demikian ditemukan tujuh alasan pokok penyebab kegagalan mereka.
 7 alasan pokok kegagalan seorang pemimpin
1.       Tidak sensitif, tidak peduli, suka melakukan intimidasi, omong besar
2.       Dingin, menjaga jarak, dan arogan
3.       Mengkhianati kepercayaan pribadi
4.       Terlalu ambisus, egoistik, bermain politik, mementingkan diri sendiri
5.       Mempunyai masalah kinerja dalam dunia bisnis
6.       Tidak mampu mendelegasikan dan membangun tim kerja
7.       Tidak mampu memilih bawahan yang tepat

  1. Empat Dasar Kepemimpinan Efektif

Pertama: Penentuan Tujuan.

Seorang pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua anggota teamnya memahami maksud dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi organisasi harus sudah terinternalisasi di diri masing-masing anggota. Inilah salah satu alasan kenapa banyak di dinding-dinding kantor perusahaan kita jumpai figura bertuliskan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan tersebut. Karena top management menginginkan semua yang terlibat di organisasinya tahu arah dan tujuan organisasinya.
Team tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya fase penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.

Kedua: Komunikasi.

Semua kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun yang dibuat oleh top management terkait kebaikan organisasi harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota. Banyak media yang bisa digunakan untuk menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan sesuatu kepada teamnya tentu sudah terbiasa menggunakan media email, notes, memo dinas, chat-group, atau internal communication tools lainnya.
Dan bagi pemimpin efektif, media-media itu saja tidak cukup. Ada banyak alasan dari pemimpin efektif, kenapa media itu saja tidak cukup. Salah satunya adalah, tidak semua anggota dalam teamnya mau membaca. Membaca pun, belum tentu semua mendapat pemahaman yang sama. Karena itu pemimpin efektif akan membuat cara komunikasi yang lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan temui langsung teamnya, dan memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang dikomunikasikannya tersebut.



Ketiga: Kepercayaan.

Komunikasi yang efektif didasari dengan adanya saling percaya antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal ini antara leader dengan anggotanya. Penentuan arah tujuan organisasi sudah dibuat, kemudian dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di atas kepercayaan. Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti instruksi atasan bila bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini sangat dipahami oleh pemimpin efektif.

Keempat: Akuntabilitas (Pertanggungjawaban)

Dasar keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Banyak pemimpin yang akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena melalaikan dasar ini. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang bersalah atas kegagalan organisasi, tapi ditujukan untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut. Prinsip ini memunculkan kaidah check-list; monitoring.
Semua bawahan merasa diawasi sehingga setiap saat mereka terpacu untuk memberikan yang terbaik. Kalaupun suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi, kinerjanya tetap bisa mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir pekerjaan / proyek
  1. GAYA KEPEMIMPINAN EFEKTIF
Sebagai seorang manusia, kita tak lepas dari yang namanya kelebihan dan kekurangan. Sahabat bisa saja mengidolakan sesorang dan menjadikannya teladan. Tetapi, jati diri Sahabat tidak akan pernah bisa berubah seperti idola sahabat. Demikian pula dengan gaya kepemimpinan sahabat, tak akan pernah bisa lepas dari kepribadian dasar sahabat.
Mari kita berbicara mengenai kata efektif terlebih dulu. Efektif berarti tepat sasaran. Menjadi efektif berarti mampu melakukan sesuatu dengan tepat. Saya percaya, bahwa kita mempunyai tingkat ke-efektif-an yang berbeda-beda. Artinya, apa yang efektif bagi seseorang belum tentu efektif bagi orang yang lainnya.
Di sini, kita berbicara mengenai cara bukan tujuan. Pertanyaan yang timbul ada dua. Pertama, arah mana tujuan kita. Kedua, bagaimana caranya. Saya rasa, kita pasti setuju bahwa sebuah tujuan bisa dicapai dengan berbagai cara. Tetapi yang namanya tujuan ya tujuan. Yakinlah, bahwa sahabat diciptakan Tuhan spesial. Maksud saya, Sahabat mempunyai gaya kepemimpinan sendiri, yang akan lebih efektif jika sahabat melakukan dengan cara sahabat. Saya rasa, ada banyak teori kepemimpinan di dunia ini, dan saya tidak tahu teori saya ini masuk yang mana. Yang saya tahu, teori saya ini berdasarkan pengalaman. Entah itu benar atau salah, sahabat yang menentukan.

Saya mendasarkan gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian seseorang. Keempat gaya kepemimpinan itu adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis

Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Saya tidak tahu darimana asalnya kharisma mereka, tetapi saya yakin bahwa kelebihan itu adalah anugerah dari Tuhan yang adil. Biasanya pemimpin dengan kepribadian kuning ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa saya analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji. Yah, itu saja, tanpa adanya komitmen untuk berubah. Banyak yang datang, tetapi banyak juga yang pergi.
Gaya kepemimpinan karismatis bisa efektif jika :
1. Mereka belajar untuk ber-komitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal. Mungkin inilah satu-satunya masalah mereka, seumur hidupnya.
2. Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka. Yah, anda sendiri yang tahu kelemahan anda, kan saya bukan paranormal. Yang saya tahu, kepribadian ini berantakan dan tidak sistematis.

2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis

Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah putih. Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Dalam bahasa sederhana, diplomator yang ulung, atau win-win solution. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat – sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
Gaya kepemimpinan diplomatis ini akan efektif bila :
1. Berjuang untuk berubah. Anda harus berprinsip, “Mereka yang tidak bergerak berarti mati!”
2. Hidup ini tidak selalu win-win solution. Ada kalanya terjadi win-loss solution. Pihak yang kalah tidak harus selalu anda !

3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah merah. Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Bagaimana caranya ? Lakukan semua yang bisa !
Dunia memang berubah, hanya saja, dia bergerak lebih cepat ! Langkah - langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya. Nah, disinilah masalahnya. Semua orang adalah musuh, entah itu bawahannya atau rekan kerjanya. Si otoriter ini kadang kala menekan bawahannya supaya tidak menjadi ancaman, entah itu dengan kedisiplinan yang tidak masuk akal atau dengan target yang tak mungkin dicapai.

4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah biru. Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila :
1. Dia berhasil mengatasi kelabilan emosionalnya, dan seringkali ini adalah perjuangan seumur hidupnya.
2. Belajar mempercayai orang lain alias membiarkan mereka melakukan dengan cara mereka, bukan dengan cara sahabat.

Topik bahasan saya di atas tadi adalah tentang gaya kepemimpinan yang efektif berdasarkan kepribadian dasar sahabat. Bukan tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif. Artinya, semua tipe kepribadian berpotensi menjadi pemimpin. Namun, tidak semua orang dipanggil menjadi pemimpin. Kan repot kalo semuanya jadi atasan, di mana bawahannya. Ada yang memerintah tentu harus ada yang diperintah.
Yah, langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin adalah menjadi diri sendiri. Setelah sahabat memahami plus minus kepribadian sahabat, langkah berikutnya adalah memahami prinsip-prinsip kepemimpinan (malahan ada yang menyebutnya sebagai hukum kepemimpinan!) Hukum berarti kepastian, yang melakukan akan mendapatkan imbalan. Sedangkan mereka yang melanggarnya akan mendapatkan ganjaran.
Masing – masing gaya kepemimpinan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada pemimpin yang sempurna. Mengharapkan kesempurnaan berarti mengharapkan sesuatu yang mustahil. Yang harus sahabat lakukan dengan gaya kepemimpinan adalah mengembangkan kelebihan sahabat semaksimal mungkin dan membiarkan orang lain untuk menutupi kekurangan sahabat. Lagipula, tugas utama seorang pemimpin bukan untuk mengerjakan, tetapi untuk mendelegasikan dan mengarahkan.

Apakah pemimpin itu bakat alami ? Saya yakin tidak. Namun, memang ada beberapa orang yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin besar. Tetapi bakat saja tidak cukup. Seorang yang dilahirkan jenius masih tetap perlu belajar. Demikian pula untuk menjadi pemimpin yang efektif, perlu belajar ! Jika anda merasa mempunyai bakat sebagai pemimpin, jangan sia-siakan kelebihan anda karena saya yakin bahwa anda akan jauh lebih hebat dari saat ini. Jika anda mau berubah tentunya!




MEMIMPIN ATAU DIPIMPIN


Hanya ada dua pilihan dalam hidup ini: memimpin atau dipimpin. Menjadi bawahan atau atasan. Jika sahabat memilih untuk jadi pemimpin, berarti sahabat ingin diikuti. Sebaliknya, ketika sahabat secara sadar memilih menjadi bawahan, maka sahabat secara otomatis akan menjadi pengikut. Jadi, bagaimana? Tentukan pilihan sahabat sekarang juga. Karena, jika sahabat sahabat enggan jadi pemimpin, orang lain yang akan maju. Jika sahabat enggan ke depan, orang lain yang akan memimpin. Karena itu, segeralah jadi kepala. Jika tidak, sahabat akan menjadi ekor seumur hidup.
Masalahnya,"Menjadi pemimpin itu tidak mudah," pikir sebagian orang. Atau, "Memimpin diri sendiri saja susah, apalagi memimpin orang lain?" keluh sebagian orang lainnya. Bagaimana dengan sahabat sahabat? Apakah sahabat juga berpikir demikian? Jika tidak, selamat! sahabat layak untuk maju. Jika jawaban sahabat ya, sebaiknya sahabat sahabat bergegas untuk membenahi diri. Pilihan menjadi bawahan seumur hidup, bukanlah alternatif terbaik bagi sahabat. Lantas, bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Ayo, mari kita saling berbagi. Sahabat  boleh mencoba 10 jurus ampuh menjadi pemimpin. Boleh jadi, sahabat tidak cocok dengan jurus-jurus yang saya tawarkan. Coba saja! Toh, jika sahabat gagal, setidaknya sahabat sudah mencoba. Teddy Rosevelt pernah menyatakan, "Ia yang tidak membuat kekeliruan, tidak akan membuat kemajuan."

So, coba saja! Jangan takut salah. Jangan takut jadi pemimpin. Tidak perlu sibuk bertanya kiri-kanan, "Apakah saya punya bakat jadi pemimpin?" Nah, ini dia 10 jurus ampuh menjadi pemimpin.

1. Berani Belajar.
Menjadi seorang pemimpin, berarti memilih secara sadar untuk terus belajar. John Wooden, seorang pelatih basket ternama, berpesan kepada kita, "Yang penting adalah apa yang sahabat pelajari setelah mengetahui semuanya." Bagaimana jika seseorang telah meraih posisi puncak di perusahaannya, masihkah harus tetap belajar? Jawabannya singkat: ya. Boleh jadi, sahabat masih perlu belajar tentang bagaimana meningkatkan pendapatan sahabat, atau tentang bagaimana memimpin bawahan yang gemar menantang atasan. Jadi, meskipun sahabat sahabat telah mencapai posisi yang diinginkan, sekalipun sahabat telah mendapatkan kedudukan yang didambakan, sahabat harus tetap belajar. Termasuk belajar dari bawahan sahabat, atau belajar dari orang-orang yang sahabat pimpin.

2. Belajar berinisiatif.
Tanpa inisiatif, Sahabat tak akan berkembang. Tak akan ke mana-mana. Tak akan mencapai puncak. Boleh jadi sahabat sudah mapan, sudah nyaman pada posisi yang sahabat duduki saat ini. Tapi, jika sahabat terus-terusan berpuas diri, sahabat bisa digusur orang lain. Jadi, teruslah mengasah inisiatif sahabat.



3. Belajar disiplin.
Telisik diri sahabat. Apakah sahabat selalu datang ke kantor tepat waktu? Apakah sahabat termasuk tipe orang yang menghargai waktu? Apakah sahabat sering menepati janji? Ya, disiplin adalah kunci sukses menjadi pemimpin. Ingat, orang pertama yang sahabat pimpin adalah diri sendiri. Jika sahabat gagal memimpinnya, bagaimana mungkin sahabat memimpin orang lain?

4. Belajar membangun kompetensi.
Orang yang memiliki kompetensi yang tinggi, akan melangkah lebih jauh. Untuk menjadi seorang pemimpin, sahabat harus memiliki jurus ini: Kompetensi. Jika sahabat membangun, sahabat akan mendapatkannya. Untuk memilikinya, sahabat harus terus belajar, terus tumbuh, dan terus memperbaiki diri. Willa A. Fester mencerahkan kita dengan pesannya, "Kualitas tidaklah pernah merupakan suatu kebetulan. Kualitas merupakan hasil dari tekad yang bulat, upaya yang tulus, dan kerja keras."

5. Belajar berkomunikasi.
Sahabat tidak mungkin mengungkapkan kebutuhan organisasi, jika sahabat tidak bisa mengomunikasikannya. sahabat tidak mungkin menyuruh, jika sahabat susah menyuarakannya. sahabat tidak mungkin meminta, jika sahabat tidak sanggup menyuarakannya. Demikianlah, sahabat butuh komunikasi. Karena, sahabat tidak bisa menjalankan organisasi yang sahabat pimpin, menggerakkan orang-orang yang sahabat pimpin, jika tidak terampil berkomunikasi.

6. Belajar membangun integritas.
Saya yakin, sahabat memiliki integritas diri sebagai karakter, kepribadian, dan gaya hidup sahabat. Kejujuran, keteguhan hati, ketulusan, dan keramah-tamahan adalah integritas sahabat. Karenanya, sahabat pantas menjadi pemimpin. sahabat layak menjadi panutan. Karena pemimpin yang baik adalah sekaligus bisa menjadi teladan.

7. Belajar membangun hubungan yang harmoni.
Menjadi pemimpin tidak berarti menguasai. Malah, bisa jadi, berarti melayani. Menjadi pemimpin tidak selalu memaki-maki. Malah, kalau perlu, memberikan motivasi dan menyuntikkan semangat. Meminjam istilah Mawell, "Orang tidak peduli seberapa banyak yang sahabat ketahui, hingga mereka tahu seberapa jauh sahabat peduli." Atau, mungkin sahabat perlu menyimak fatwa Ma'ruf Mushthofa Zurayq, "Kita sering dipisahkan oleh batasan, karena kita lebih rajin membangun dinding, bukan jembatan."

8. Belajar mendengarkan.
Suatu ketika, Wodrow Wilson, mantan Presiden Amerika Serikat, menyatakan bahwa, "Telinga seorang pemimpin harus mampu menangkap suara orang banyak." Jika Anda berniat menjadi pemimpin yang baik, maka jadilah pendengar yang baik. Buka telinga Anda. Simak baik-baik. Jika Anda mendengarkan bisikan-bisikan karyawan Anda, maka Anda tidak akan mendengarkan teriakan-teriakan mereka.


9. Belajar bertanggung jawab.
John C. Maxwell, pada satu kesempatan menuturkan, "Seorang pemimpin dapat melupakan apa pun, kecuali tanggung jawab akhir." Ya, seorang pemimpin adalah penanggung jawab. Ketika anak buahnya melakukan kesalahan, bahkan yang berakibat fatal, ia tidak akan menumpahkan semua kesalahan kepada karyawannya itu. Alih-alih mencari kambing hitam, pemimpin yang baik malah sibuk introspeksi: Mengapa karyawan saya melakukan banyak kesalahan? Pemimpin yang bijak adalah biasa merangkul. Bukan menyudutkan!


10. Belajar menyelesaikan masalah.
Masalah bukan untuk dihindari, melainkan untuk diselesaikan. Ukuran sukses sahabat ditentukan oleh seberapa hebat sahabat menuntaskan persoalan yang menimpa. Takaran kehebatan sahabat memimpin ditentukan oleh seberapa dahsyat sahabat menyelesaikan masalah yang sahabat hadapi. Kalau ada kritik atau cercaan anggap itu sebagai sebuah proses pendewasaan diri. Ada pepatah mengatakan “kalau kita sakit, pil pahit sepahit apapun akan kita telan untuk mengobati rasa sakit dalam diri kita” dan anggap saja masalah itu adalah hujan serta cita cita keberhasilan itu adalah matahari, maka kita membutuhkan keduanya untuk melahirkan pelangi yang indah demi sebuah bahasa kejayaan.  


KEPEMIMPINAN STRATEGIS


Kemajuan organisasi bukan merupakan nasib baik atau kemujuran, tetapi dicapai melalui proses yang membutuhkan energi besar dan ketahanan menghadapi hambatan,. Tugas pemimpin adalah menciptakan sinergi yang solid melalui visi, misi, strategi, dan arsitektur yang disiapkan sebagai sarana mencapai tujuan tertinggi. Pemimpin teratas wajib memahami lingkungan organisasi yang mencakup seperti apa organisasi yang dipimpinnya lima tahun sampai sepuluh tahun kedepan, dan menciptakan arah kemasa depan sehingga setiap orang akan mempercayainya.

Menghadapi dunia yang perubahannya begitu cepat, pemimpin dihadapkan pada situasi yang kompleks, informasi yang ambigu, globalisasi yang melanda seluruh belahan dunia, terorisme, deregulasi, kemajuan teknologi yang cepat, berubahnya demografik serta gaya hidup konsumen. Hal ini kadang-kadang menciptakan beban dan stres berat bagi pemimpin, yang kemudian menyebabkan banyak diantara mereka berfokus

A.                  Visi kepemimpinan


Visi dapat dianggap sebagai impian yang ingin diwujudkan, tentunya mencerminkan ambisi, daya tarik besar, hasrat, semangat dan keadaan atau perwujudan ideal dimasa depan. Visi bukanlah impian kosong, tetapi mengandung ambisi besar dalam memandang masa depan, dimana saat ini belum terwujud dan tercapai. Tetapi impian tersebut bukanlah impian yang melambung tinggi, tetapi mengandung unsur realistis, dan mempunyai potensi untuk dicapai dimasa depan. Visi ini akan menjadikan setiap orang didalam organisasi percaya bahwa keinginan tersebut merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk dicapai dengan penuh pengorbanan (nanus, 1992)
Visi mengandung tantangan besar yang harus dihadapai oleh sebuah organisasi, dan dianggap sebagai bintang petunjuk (guiding star) yang mengarahkan langkah setiap orang untuk mewuudkannya. Visi ini akan menjadi pedoman setiap kader dalam bertindak dan mengambil keputusan sehinga mengarahkan organisasi pada perubahan ideal dimasa depan. Dengan visi yang jelas dan dimiliki bersama oleh seluruh anggota organisasi, pemimpin menolak status quo dan senantiasa mencipakan perubahan bagi kemajuan organisasi (daft & lengel,1998)
 Organisasi tanpa visi yang jelas akan bergerak dengan ragu-ragu dan mudah terombang ambing oleh tekanan eksternal. Akibatnya setiap orang dalam organisasi akan kehilangan komitmen dan lebih banyak bergerak untuk mencapai tujuan-tujuan yang sepele. Organisasi akan berjalan lambat dan tidak akan pernah menghasilkan perubahan yang signifikan dan berharga.

B.   Visi menghubungkan keadaan saat ini kemasa depan

Visi yang efektif menghubungkan apa yang sedang terjadi saat ini dengan apa yang dicita-ciatakan organisasi untuk dicapai dimasa depan. Visi mencerminkan perwujudan masa depan, tetapi visi dimulai disini dan saat ini, masalahnya adalah banyak pemimpin yang hanya berfokus pada masalah-masalah yang muncul saat ini, tetapi sangat jarang yang berusaha berkontemplasi dan memvisualisasikan masa depan bagi organisasinya. Pemimpin yang efektif harus memiliki visi bifocal(bifocal visien) yaitu kemampuan untuk melihat dan menghadapi kebutuhan organisasi saat ini dan memenuhi kewajiban saat ini sementara juga harus mampu mencapai impian dimasa depan.

C. Visi menggerakkan energy dan komitmen

Visi yang efektif akan menimbulkan inspirasi, semangat, spirit, dan komitmen untuk diperjuangkan mencapai sesuatu yang lebih bermakna bagi kehidupan umat. Visi menggerakkkan kader menuju transendensi diri sehingga bekerja bagi mereka bukan sekedar mencari uang semata, tetapi lebih bermakna dari itu seperti aktualisasi diri, membangun bangsa dan Negara dan mensejahterakan melalui produk organisasi yang unggul










KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN


Komunikasi merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupaan unsure yang mendorong kemajuan peradaban manusia, dan tanpa komunikasi, peradaban manusia tidak akan berkembang dengan pesat. Melalui kemampuan berkomunikasi menjadikan kehidupan manusia berbeda secara signifikan dengan makhluk ciptaan tuhan lainnya. Komunikasi tidak diragukan lagi merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Didalam organisasi komunikasi menjadi sarana untuk mengarahkan dan mengendalikan setiap kegiatan, komunikasi juga menjadi sarana untuk memahami tujuan organisasi dan mempengaruhi orang-orang untuk meyakini bahwa tujuan organisasi dimasa depan merupakan hal yang berharga untuk diperjuangkan. Melalui komunikasi yang efektif setiap orang didalam organisasi akan memiliki pemahaman dan perspektif yang sama dalam memahami visi dan misi organisasi dimasa depan.

Bagi seorang pemimpin ketrampilan berkomunikasi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan merupakan hal yang mutlak untuk dikuasai secara baik. Pemimpin harus sukses dalam mengkomunikasikan visinya kepada orang lain. Kesuksesan ini tidak sederhana dengan hanya memberitahukan begitu saja, tetapi melibatkan banyak aktifitas dan sarana untuk menanamkan visi organisasi kedalam kesadaran setiap kader.

A.   PENGERTIAN KOMUNIKASI



Komunikasi berasal dari bahasa  latin, yaitu communis yang artinya sama, kemudian menjadi communjicatio yang berarti pertukaran pikiran, dan kemudian diambil alih didalam bahasa inggris menjadi communication. Untuk itu komunikasi dapat didefenisikan sebagai sebuah proses penyampaian informasi, pengertian dan pemahaman antara pengirim dan penerima. Intinya dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli bersumber dari adanya informasi yang ingin disampaikan kepada komunikan dari komunikator melalui lambang-lambang yang mengandung arti(bahasa, symbol, dll) untuk mencapai kesamaan pemahaman antara keduanya (de vito. 1996).

Pemimpin harus lebih banyak mengkomunikasikan gambaran yang luas, visi kedepan dari pada sekumpulan data dan fakta. Jika manajer berperan sebagai pemroses informasi yang menyebarkan data secara akurat, maka pemimpin memiliki peran yang didasari pada keyakinan bahwa komunikasi merupakan sarana yang penting untuk mencapai visi organisasional.  Pemimpin tidak saja dituntut untuk mampu berbicara secara efektif, tetapi juga harus mampu menjadi pendengar yang efektif. Pemimpin tidak saja menyebarkan informasi melalui kata-kata dan tindakannya, tetapi pemimpin juga menyuarakan keyakinan, komitmen, dan semangat pada kadernya.
Siapakah pemimpin itu ? kita banyak melihat sepak terjang para pemimpin dinegeri ini, tetapi kadang-kadang kita sendiri tidak memahami fenomena kepemimpinan tersebut. Apa sesungguhnya figur seorang pemimpin tersebut, apa itu kepemimpinan, dan seperti apa dinamika kepemimpinan yang terjadi didalamnya. Pemimpin adalah seorang yang membuat, dan menciptakan orang lain menjadi lebih mandiri tidak semakin tergantung, menjadikan orang lain lebih kreatif bukan peniru, menjadikan orang lain lebih cerdas tidak semakin bodoh, menjadikan orang lain lebih matang bukan semakin kekanak-kanakan dan menjadikan orang lain berdaya guna bukan menjadikan orang lain yang tersia-siakan

B.      TANTANGAN DAN HARAPAN
Menjadi pemimpin bisa meneguhkan biografi diri seseorang. Menguatkan dirinya sebagai yang berada, tak sebatas ada. Namun status tersebut selalu menghadirkan tantangan sekaligus harapan. Baik dalam proses pencapaian status tersebut maupun dalam proses kreatifnya. Pemimpin selalu menjadi yang terdepan; menerima efek positif dari tingkah lakunya, atau juga sebaliknya, menanggung resikonya.

Menjadi pemimpin bukanlah hal yang mudah. Sebab sikap-sikap kepemimpinan diperoleh bukan dari bakat sejak lahir, ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam-jam pertemuan. Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dalam berbagai tahapan. Jadi sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti, tetap atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Sikap itu bukan sesuatu yang bisa mencapai tahap finish. Serangkaian proses yang tak pernah usai tersebut menjurus pada satu tujuan, menjadi pemimpin yang sesungguhnya. Lalu, bisakah seseorang menjadi pemimpin yang sesungguhnya?

Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan dalam kehidupan nyata di masyarakat.


Apa yang diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang pemimpin adalah;
v  Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan sebagai contoh),
v  Ing Madya Mangun Karso (di tengah memberi semangat),
v  Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan).                   

Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin jauh dari sikap pemanfaatan kekuasaan untuk memerintah seenaknya.Menjadi seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang panjang, namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan nilai-nilai tertentu. Namun seorang pemimpin baru akan benar-benar memperoleh tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam organisasi atau kelompok tertentu. Sebab di sini dia juga bertanggung jawab bukan hanya pada apa yang dia lakukan, tapi juga apa yang dilakukan oleh anggotanya.
Lebih dari itu, juga bertanggung jawab atas tercapai atau tidaknya tujuan tertentu.    Sehingga filosofi hidup yang diutarakan Ki Hajar Dewantara di atas sekaligus merupakan tantangan untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Di depan sebagai contoh, artinya selain ia menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk menjadi "bahan" percontohan sikap dan prilaku bagi liyan (the other) yang tak lain adalah para anggotanya. Selanjutnya, di tengah memberi semangat, artinya dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak melulu mengatur, pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar para anggota juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di belakang memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam posisi di depan dalam derap langkah sebuah aktifitas.

Seorang pemimpin yang ideal harus mampu dan mau “turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama anggota dan memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah, fisik atau pun mental. Sikap-sikap tersebut mencerminkan sikap luwes (transformatif) pada diri pemimpin. Dia mampu memerankan berbagai adegan dalam kancah aktifitas berorganisasi.Selain sikap sekaligus tantangan bagi pemimpin ideal di atas, pemimpin juga diharapkan mampu menjalani komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah (medium) antara pemimpin dan anggota. Hemat penulis, terjalinnya komunikasi yang baik, akan tercipta pula iklim harmonis dalam organisasi tersebut. Sehingga sangat wajar jika Marshal Mc. Luchan mengatakan, "medium is power".
Komunikasi adalah kekuatan sekaligus kekuasaan. Atau dengan ekstrim Cicero mengatakan "tak ada satu hal pun yang tak dapat diciptakan atau dihancurkan atau dapat diperbaiki dengan kata-kata", di mana kata adalah modal utama komunikasi. Namun harus diakui untuk mencapai sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga muncul pertanyaan yang cenderung politis, mengapa seseorang ingin jadi pemimpin? Pertanyaan ini akan terjawab jika tujuan sekaligus harapan menjadi pemimpin terjawab. Secara internal, harapan sekaligus tujuan seseorang untuk memimpin, jika meminjam istilah Friedrich Nietzche adalah adanya kehendak untuk berkuasa (the will to power). Bakat alami yang dimiliki oleh manusia adalah keinginannya untuk menguasai. Kehendak untuk berkuasa di sini dapat dirumuskan sebagai kekuatan yang memerintahkan tanpa adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi, 2009: 63). Harapan ini mengendaikan orang lain agar mengatakan "Ya" atas ide, perkataan, hingga tingkahlaku kita.
Di sinilah persepsi mengenai pemimpin menemui definisi memerintah. Menjadi pemimpin itu mudah karena hanya memerintah.
Selain itu, menunjukkan eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita memimpin dengan baik.



C.      Pemimpin Ideal Dalam Islam

Perihal mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Maka ada beberapa kriteria pemimpin yang patut kita jadikan pedoman dalam memilih seorang pemimpin. Yaitu :
  1. Beriman & Bertaqwa dengan sebenarnya, yaitu: mampu memelihara hubungan baiknya dengan Allah (seperti dengan shalat), memelihara hubungan baiknya dengan manusia (seperti dengan zakat) & tunduk secara bersama kepada Allah, Rasul-Nya & orang-orang beriman.
  2. Amanah /credible / dapat dipercaya sebagai wujud keimanannya pad Allah (HR. Ahmad, QS. 2: 283). Allah mengisyaratkan untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat & dapat dipercaya (الْقَوِيُّ الْأَمِينُ : QS. 28: 26). Secara umum, orang dipercaya karena 2 hal, yaitu:
    • Integritas kepribadiannya, seperti: shiddiq (benar & jujur), adil, ramah, istiqamah & bertanggung jawab. Uswatun hasanah
    • Kemampuannya, seperti: profesional/ahli       dalam memenej tugas, atau fathanah /cerdas. Pemimpin yang fathanah harus memiliki 3 kecerdasan, yaitu:
      • Kecerdasan intelektual: Berilmu, berwawasan luas, cerdas-kreatif, memiliki pandangan jauh ke depan / visioner (QS. 59: 18)
      • Kecerdasan spiritual: Kemampuan menterjemahkan kehendak Allah dalam pikiran, sikap & prilaku. Dia melakukan sesuatu bukan karena yang lain melainkan hanya karena Allah semata (Ikhlas) 
      • Kecerdasan emosional: Sabar, yakni mampu mengendalikan emosi jiwanya, tahu kapan harus bertindak tegas & kapan toleran.
  3. Syajâ‘ah, yaitu: berani menyatakan kebenaran & memutuskan perkara secara adil & bijak, serta berani menyeru pada kebaikan & mencegah kemungkaran. Hanya orang yang benar-benar bersih & yakin akan kebenaran yang diperjuangkannya serta takut pada Allah yang berani menyampaikan kebenaran risalah Ilahi.
  4. Mencintai & dicintai Rakyatnya, Bukti kecintaan pemimpin terhadap rakyatnya yaitu dia kenal & dekat dengan rakyatnya, peka dan peduli terhadap nasib rakyatnya, tidak mau menyusahkan mereka dan selalu mendoakannya. Kemampuan merasakan penderitaan manusia dan sangat peduli dengan keselamatan mereka, dan dimiliki oleh Nabi saw yang tulus mencintai mereka.
  5. Uswatun Hasanah, yaitu: bisa menjadi teladan yang baik dan teduh sehingga mampu mendidik orang yang dipimpinnya dengan keteladanan dan nasihat yang baik pula.
Ketika dalam sebuah komunitas, tidak ada calon pemimpin yang bisa memenuhi kriteria pemimpin ideal seperti di atas, maka kita dituntut untuk bisa menimbang calon pemimpin yang paling mendekati kriteria tersebut. Untuk itu, cari info sebanyak-banyaknyanya dari orang-orang terdekat atau orang yang pernah dekat dengannya.
Jika track record-nya buruk, bermasalah, dzalim apalagi  suka mempermainkan agama (QS.5: 51,57) maka haram untuk memilihnya. Jika tetap mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, maka pilih yang paling sedikit madlaratnya. Kaidah fiqhiyyah menuntunkan: أَخَفُّ الضَّرُورين : pilih yang paling ringan madharatnya di antara keduanya.

Tidak ada komentar: