KATA PENGANTAR
Untaian penuh
harap dan pujian hanya bagi allah SWT, sang maha pencipta semesta alam. Berkat
rahmat dan karuniaNYA kita semua masih bisa menghirup udara, menyaksikan
terbitnya sinar sang surya dipagi hari diufuk timur dan terbenamnya sang surya
diufuk barat . Lantunan shalawat salam senantiasa tak henti-hentinya tertuju
kepada junjungan kita Nabi Agung Muhamad SAW sang revolusioner sejati yang
telah sukses dan berhasil mengubah tatanan masyarakat jahiliyah yang penuh
dengan penyimpangan-penyimpangan menjadi suatu masyarakat yang kaya akan peradaban
dan semoga kita sekalian diakui sebagai umatnya kelak diyaumil akhir. amien
Berbagai musibah
dan bencana yang menimpa manusia dalam beberapa kurun waktu terakhir ini,
khususnya umat islam, telah mengakibatkan kita berada dalam kondisi kritis dan
penuh cobaan. Jiwa-jiwa penuh kebimbangan. Penderitaan senantiasa membayangi kehidupan.
Bahkan, orang bijak dan berakal pun tak kuasa berada dalam kegamangan.
Kalau sudah
begini apa yang harus kita lakukan ? apa yang harus kita persembahkan untuk
umat ? dan, bagaimana harus memulai perubahan itu ?
Sahabatku,
jangan pernah menyerah dari keputus asaan. Selalu ada harapan. Kita harus
bangkit bersama-sama. Kita harus ikut aktif memberikan yang terbaik untuk umat.
Yakinlah, kita pasti bisa, dan sahabat pasti mampu melaksanakan segalanya.
Faktor
keberhasilan perubahan itu terletak pada kaum itu sendiri. Ketika hati dengan
lapang mau menerima islam, ia akan ikhlas menjadikannya sebagai pedoman dan
petunjuk hidupnya.
Ada sebuah petunjuk dari al-Qur’an yang artinya
, “sungguh, allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka sendiri
mau mengubahnya”
Nah, jika demikian,
pasti masih ada harapan dan bukan merupakan suatu yang mustahil. Perubahan
memang datang dari allah SWT, tetapi ia tak datang begitu saja, mulailah dari
diri kita, dengan tetap memohon pertolongan dan mendekatkan diri padanya.
Bangun kesatuan umat, tinggalkaan berbagai bentuk kemaksiatan, yakin sepenuhnya
kepada allah, tepis kebencian antar sesama, serta optimalkan waktu dan tenaga
untuk kebangkitan islam. Dan , tegarlah dalam menghadapi cobaan, dan senantiasa
berjihad dijalannya.
Untuk itu kita
harus memiliki visi dan misi yang jelas dalam menjalani kehidupan. Berusahalah
dengan sekuat tenaga untuk merealisasikannya dengan segenap pengetahuan, usaha,
dan tekad yang kita miliki. Percayalah perubahan itu tidak perlu waktu lama.
Umat Islam pasti akan kembali memimpin peradaban dunia, dan mendapatkan
kehormatannya kembali yang telah lama hilang
UNTUKMU SATU TANAH AIRKU,
UNTUKMU SATU KEYAKINANKU
Dalam Do’a Kita Berserah
Untuk Indonesia Kita Pantang Menyerah
Wallahul Muafieq Ila Aqwamithorieq
Wassalaualaikum Wr. Wb
Salam
Pergerakan
Heri Amanudin
KEPEMIMPINAN
A.
SIFAT DASAR KEPEMIMPINAN
Sebelum membahas
lebih lanjut tentang kepemimpinan dan bagaimana menjadi pemimpin yang efektif,
kita perlu tahu apa arti dari kepemiminan itu sendiri. Kepemimpinan telah
menjadi topik yang menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa
dahulu. Sejak saat itu para ahli telah menawarkan 350 definisi tentang
kepemimpinan. Salah seorang ahli menyimpulkan bahwa “kepemimpinan merupakan
salah satu fenomena yang paling mudah diobservasi, tetapi menjadi salah satu
hal yang paling sulit untuk dipahami” (Richard L. Daft, 1999). Mendefinisikan
kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat kompleks dan sulit, karena sifat
dasar kepemimpinan itu sendiri memang sangat kompleks. Akan tetapi, perkembangan
ilmu saat ini telah membawa banyak kemajuan sehingga pemahaman tentang kepemimpinan
menjadi lebih sistematis dan objektif.
- DEFINISI
KEPEMIMPINAN
Untuk
lebih mempermudah sahabat memahami tentang kepemimpinan, maka akan diacuh satu
definisi yang kiranya mampu menjadi landasan untuk membahas konsep kepemimpinan
itu sendiri. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan saling mempengaruhi diantara
pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang
mencerminkan tujuan bersamanya(joseph C. Rost.,1993). Pengaruh (influence)
dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan pengikut sehingga bukan
sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa
paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan sebuah proses yang saling
mempengaruhi.
Seorang
pemimpin harus bisa lebih berkualitas dan berbeda dibandingkan dengan
bawahannya, namun sebuah organisasi juga membutuhkan seorang bawahan yang
berkualitas. Sebab tanpa bawahan yang berkualitas, pemimpin akan melangkah
dengan timpang. Dalam sebuah bahasa mengatakan “ panglima perang sehebat apapun
tidak akan pernah menang melawan musuh kalau dia sendirian”. Pemimpin yang
efektif dan bawahan efektif merupakan manusia yang sama, tetapi memiliki peran
yang berbeda pada waktu yang berbeda. Idealnya, kepemimpinan dimiliki dan
diperankan baik oleh pemimpin dan bawahan secara individual terlibat aktif dan
bertanggung jawab atas tugasnya.
Salah
satu penelitian yang dilakukan oleh center for creative leaderships di
grensboro, north Carolina memberikan inspirasi baru bagi para pemimpin.
Penelitian ini membandingkan 21 eksekutif
yang gagal dengan 20 eksekutif yang berhasil menduduki puncak
organisasi. Para eksekutif yang gagal ini merupakan orang-orang yang cerdas,
ahli dibidangnya masing-masing, seorang pekerja keras dan diharapkan maju
dengan cepat. Akan tetapi, sebelum mereka sampai kepuncak organisasi, mereka
dipecat/dipaksa untuk pensiun/mengundurkan diri (Mc Call& Michael Lombardo,
1983)
Mengapa
para eksekutif ini gagal mencapai puncak prestasinya? dari hasil penelitian
tersebut ditemukan bahwa kebanyakan eksekutif yang gagal ini bukan karena mereka tidak ahli dibidangnya
masing-masing, tetapi karena mereka tidak mampu menguasai ketrampilan
berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain. Para eksekuitf ini
digambarkan sebagai orang yang dingin, tidak memiliki sikap empati,
mementingkan diri sendiri, menjaga jarak, terlalu ambisius sehinga mereka lebih
banyak dibenci para bawahanya. Dengan
demikian ditemukan tujuh alasan pokok penyebab kegagalan mereka.
7 alasan pokok
kegagalan seorang pemimpin
1. Tidak sensitif, tidak peduli, suka
melakukan intimidasi, omong besar
2. Dingin, menjaga jarak, dan arogan
3. Mengkhianati kepercayaan pribadi
4. Terlalu ambisus, egoistik, bermain
politik, mementingkan diri sendiri
5. Mempunyai masalah kinerja dalam dunia
bisnis
6. Tidak mampu mendelegasikan dan
membangun tim kerja
7. Tidak mampu memilih bawahan yang
tepat
- Empat
Dasar Kepemimpinan Efektif
Pertama: Penentuan Tujuan.
Seorang pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua
anggota teamnya memahami maksud dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi
organisasi harus sudah terinternalisasi di diri masing-masing anggota. Inilah
salah satu alasan kenapa banyak di dinding-dinding kantor perusahaan kita
jumpai figura bertuliskan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan tersebut.
Karena top management menginginkan semua yang terlibat di organisasinya tahu
arah dan tujuan organisasinya.
Team
tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya fase
penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan
pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.
Kedua: Komunikasi.
Semua kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun
yang dibuat oleh top management terkait kebaikan organisasi harus
dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota. Banyak media yang bisa
digunakan untuk menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan sesuatu
kepada teamnya tentu sudah terbiasa menggunakan media email, notes, memo dinas,
chat-group, atau internal communication tools lainnya.
Dan
bagi pemimpin efektif, media-media itu saja tidak cukup. Ada banyak alasan dari
pemimpin efektif, kenapa media itu saja tidak cukup. Salah satunya adalah,
tidak semua anggota dalam teamnya mau membaca. Membaca pun, belum tentu semua
mendapat pemahaman yang sama. Karena itu pemimpin efektif akan membuat cara
komunikasi yang lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan temui
langsung teamnya, dan memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang
dikomunikasikannya tersebut.
Ketiga:
Kepercayaan.
Komunikasi yang efektif didasari dengan adanya saling
percaya antara pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal
ini antara leader dengan anggotanya. Penentuan arah tujuan organisasi sudah
dibuat, kemudian dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di atas
kepercayaan. Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti instruksi
atasan bila bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini sangat
dipahami oleh pemimpin efektif.
Keempat: Akuntabilitas (Pertanggungjawaban)
Dasar keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas.
Banyak pemimpin yang akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena
melalaikan dasar ini. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang
bersalah atas kegagalan organisasi, tapi ditujukan untuk menuntut
pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.
Prinsip ini memunculkan kaidah check-list; monitoring.
Semua bawahan merasa diawasi
sehingga setiap saat mereka terpacu untuk memberikan yang terbaik. Kalaupun
suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi, kinerjanya tetap bisa
mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan mempertanggungjawabkan
pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir pekerjaan / proyek
- GAYA
KEPEMIMPINAN EFEKTIF
Sebagai seorang manusia, kita tak
lepas dari yang namanya kelebihan dan kekurangan. Sahabat bisa saja
mengidolakan sesorang dan menjadikannya teladan. Tetapi, jati diri Sahabat
tidak akan pernah bisa berubah seperti idola sahabat. Demikian pula dengan gaya
kepemimpinan sahabat, tak akan pernah bisa lepas dari kepribadian dasar sahabat.
Mari kita berbicara mengenai kata
efektif terlebih dulu. Efektif berarti tepat sasaran. Menjadi efektif berarti
mampu melakukan sesuatu dengan tepat. Saya percaya, bahwa kita mempunyai
tingkat ke-efektif-an yang berbeda-beda. Artinya, apa yang efektif bagi
seseorang belum tentu efektif bagi orang yang lainnya.
Di sini, kita berbicara mengenai
cara bukan tujuan. Pertanyaan yang timbul ada dua. Pertama, arah mana tujuan
kita. Kedua, bagaimana caranya. Saya rasa, kita pasti setuju bahwa sebuah
tujuan bisa dicapai dengan berbagai cara. Tetapi yang namanya tujuan ya tujuan.
Yakinlah, bahwa sahabat diciptakan Tuhan spesial. Maksud saya, Sahabat mempunyai
gaya kepemimpinan sendiri, yang akan lebih efektif jika sahabat melakukan
dengan cara sahabat. Saya rasa, ada banyak teori kepemimpinan di dunia ini, dan
saya tidak tahu teori saya ini masuk yang mana. Yang saya tahu, teori saya ini
berdasarkan pengalaman. Entah itu benar atau salah, sahabat yang menentukan.
Saya
mendasarkan gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian seseorang. Keempat gaya
kepemimpinan itu adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu
menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan
semangat. Saya tidak tahu darimana asalnya kharisma mereka, tetapi saya yakin
bahwa kelebihan itu adalah anugerah dari Tuhan yang adil. Biasanya pemimpin
dengan kepribadian kuning ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan
dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa
saya analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu
menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang
yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan
ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin
akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji. Yah, itu saja, tanpa adanya
komitmen untuk berubah. Banyak yang datang, tetapi banyak juga yang pergi.
Gaya kepemimpinan karismatis bisa
efektif jika :
1. Mereka belajar untuk ber-komitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal. Mungkin inilah satu-satunya masalah mereka, seumur hidupnya.
2. Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka. Yah, anda sendiri yang tahu kelemahan anda, kan saya bukan paranormal. Yang saya tahu, kepribadian ini berantakan dan tidak sistematis.
1. Mereka belajar untuk ber-komitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal. Mungkin inilah satu-satunya masalah mereka, seumur hidupnya.
2. Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka. Yah, anda sendiri yang tahu kelemahan anda, kan saya bukan paranormal. Yang saya tahu, kepribadian ini berantakan dan tidak sistematis.
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kepribadian
dasar pemimpin model ini adalah putih.
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya.
Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya.
Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan
kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang
menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Dalam bahasa sederhana,
diplomator yang ulung, atau win-win solution. Kesabaran dan kepasifan
adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat
sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat – sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyenangkan tersebut,
tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
Gaya kepemimpinan diplomatis ini
akan efektif bila :
1. Berjuang untuk berubah. Anda harus berprinsip, “Mereka yang tidak bergerak berarti mati!”
2. Hidup ini tidak selalu win-win solution. Ada kalanya terjadi win-loss solution. Pihak yang kalah tidak harus selalu anda !
1. Berjuang untuk berubah. Anda harus berprinsip, “Mereka yang tidak bergerak berarti mati!”
2. Hidup ini tidak selalu win-win solution. Ada kalanya terjadi win-loss solution. Pihak yang kalah tidak harus selalu anda !
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah merah.
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak
ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia
memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada
adalah hasil. Bagaimana caranya ? Lakukan semua yang bisa !
Dunia memang berubah, hanya saja, dia bergerak lebih cepat ! Langkah - langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya. Nah, disinilah masalahnya. Semua orang adalah musuh, entah itu bawahannya atau rekan kerjanya. Si otoriter ini kadang kala menekan bawahannya supaya tidak menjadi ancaman, entah itu dengan kedisiplinan yang tidak masuk akal atau dengan target yang tak mungkin dicapai.
Dunia memang berubah, hanya saja, dia bergerak lebih cepat ! Langkah - langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya. Nah, disinilah masalahnya. Semua orang adalah musuh, entah itu bawahannya atau rekan kerjanya. Si otoriter ini kadang kala menekan bawahannya supaya tidak menjadi ancaman, entah itu dengan kedisiplinan yang tidak masuk akal atau dengan target yang tak mungkin dicapai.
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah biru.
Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila :
1. Dia berhasil mengatasi kelabilan emosionalnya, dan seringkali ini adalah perjuangan seumur hidupnya.
2. Belajar mempercayai orang lain alias membiarkan mereka melakukan dengan cara mereka, bukan dengan cara sahabat.
1. Dia berhasil mengatasi kelabilan emosionalnya, dan seringkali ini adalah perjuangan seumur hidupnya.
2. Belajar mempercayai orang lain alias membiarkan mereka melakukan dengan cara mereka, bukan dengan cara sahabat.
Topik bahasan saya di atas tadi adalah tentang gaya
kepemimpinan yang efektif berdasarkan kepribadian dasar sahabat. Bukan tentang
prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif. Artinya, semua tipe kepribadian
berpotensi menjadi pemimpin. Namun, tidak semua orang dipanggil menjadi
pemimpin. Kan repot kalo semuanya jadi atasan, di mana bawahannya. Ada yang
memerintah tentu harus ada yang diperintah.
Yah,
langkah pertama untuk menjadi seorang pemimpin adalah menjadi diri sendiri.
Setelah sahabat memahami plus minus kepribadian sahabat, langkah berikutnya
adalah memahami prinsip-prinsip kepemimpinan (malahan ada yang
menyebutnya sebagai hukum kepemimpinan!) Hukum berarti kepastian, yang
melakukan akan mendapatkan imbalan. Sedangkan mereka yang melanggarnya akan
mendapatkan ganjaran.
Masing – masing gaya kepemimpinan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada pemimpin yang sempurna.
Mengharapkan kesempurnaan berarti mengharapkan sesuatu yang mustahil. Yang
harus sahabat lakukan dengan gaya kepemimpinan adalah mengembangkan kelebihan sahabat
semaksimal mungkin dan membiarkan orang lain untuk menutupi kekurangan sahabat.
Lagipula, tugas utama seorang pemimpin bukan untuk mengerjakan, tetapi untuk
mendelegasikan dan mengarahkan.
Apakah pemimpin itu bakat alami ? Saya yakin tidak. Namun,
memang ada beberapa orang yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin besar.
Tetapi bakat saja tidak cukup. Seorang yang dilahirkan jenius masih tetap perlu
belajar. Demikian pula untuk menjadi pemimpin yang efektif, perlu belajar !
Jika anda merasa mempunyai bakat sebagai pemimpin, jangan sia-siakan kelebihan
anda karena saya yakin bahwa anda akan jauh lebih hebat dari saat ini. Jika anda
mau berubah tentunya!
MEMIMPIN ATAU DIPIMPIN
Hanya ada dua
pilihan dalam hidup ini: memimpin atau dipimpin. Menjadi bawahan atau atasan.
Jika sahabat memilih untuk jadi pemimpin, berarti sahabat ingin diikuti.
Sebaliknya, ketika sahabat secara sadar memilih menjadi bawahan, maka sahabat
secara otomatis akan menjadi pengikut. Jadi, bagaimana? Tentukan pilihan
sahabat sekarang juga. Karena, jika sahabat sahabat enggan jadi pemimpin, orang
lain yang akan maju. Jika sahabat enggan ke depan, orang lain yang akan
memimpin. Karena itu, segeralah jadi kepala. Jika tidak, sahabat akan menjadi
ekor seumur hidup.
Masalahnya,"Menjadi pemimpin itu tidak mudah," pikir sebagian orang. Atau, "Memimpin diri sendiri saja susah, apalagi memimpin orang lain?" keluh sebagian orang lainnya. Bagaimana dengan sahabat sahabat? Apakah sahabat juga berpikir demikian? Jika tidak, selamat! sahabat layak untuk maju. Jika jawaban sahabat ya, sebaiknya sahabat sahabat bergegas untuk membenahi diri. Pilihan menjadi bawahan seumur hidup, bukanlah alternatif terbaik bagi sahabat. Lantas, bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Ayo, mari kita saling berbagi. Sahabat boleh mencoba 10 jurus ampuh menjadi pemimpin. Boleh jadi, sahabat tidak cocok dengan jurus-jurus yang saya tawarkan. Coba saja! Toh, jika sahabat gagal, setidaknya sahabat sudah mencoba. Teddy Rosevelt pernah menyatakan, "Ia yang tidak membuat kekeliruan, tidak akan membuat kemajuan."
So, coba saja! Jangan takut salah. Jangan takut jadi pemimpin. Tidak perlu sibuk bertanya kiri-kanan, "Apakah saya punya bakat jadi pemimpin?" Nah, ini dia 10 jurus ampuh menjadi pemimpin.
Masalahnya,"Menjadi pemimpin itu tidak mudah," pikir sebagian orang. Atau, "Memimpin diri sendiri saja susah, apalagi memimpin orang lain?" keluh sebagian orang lainnya. Bagaimana dengan sahabat sahabat? Apakah sahabat juga berpikir demikian? Jika tidak, selamat! sahabat layak untuk maju. Jika jawaban sahabat ya, sebaiknya sahabat sahabat bergegas untuk membenahi diri. Pilihan menjadi bawahan seumur hidup, bukanlah alternatif terbaik bagi sahabat. Lantas, bagaimana menjadi pemimpin yang baik? Ayo, mari kita saling berbagi. Sahabat boleh mencoba 10 jurus ampuh menjadi pemimpin. Boleh jadi, sahabat tidak cocok dengan jurus-jurus yang saya tawarkan. Coba saja! Toh, jika sahabat gagal, setidaknya sahabat sudah mencoba. Teddy Rosevelt pernah menyatakan, "Ia yang tidak membuat kekeliruan, tidak akan membuat kemajuan."
So, coba saja! Jangan takut salah. Jangan takut jadi pemimpin. Tidak perlu sibuk bertanya kiri-kanan, "Apakah saya punya bakat jadi pemimpin?" Nah, ini dia 10 jurus ampuh menjadi pemimpin.
1. Berani Belajar.
Menjadi seorang pemimpin, berarti memilih secara
sadar untuk terus belajar. John Wooden, seorang pelatih basket ternama,
berpesan kepada kita, "Yang penting adalah apa yang sahabat pelajari
setelah mengetahui semuanya." Bagaimana jika seseorang telah meraih posisi
puncak di perusahaannya, masihkah harus tetap belajar? Jawabannya singkat: ya.
Boleh jadi, sahabat masih perlu
belajar tentang bagaimana meningkatkan pendapatan sahabat, atau tentang bagaimana memimpin
bawahan yang gemar menantang atasan. Jadi, meskipun sahabat sahabat telah mencapai posisi yang
diinginkan, sekalipun sahabat
telah mendapatkan kedudukan yang didambakan, sahabat harus tetap belajar. Termasuk belajar
dari bawahan sahabat, atau belajar dari orang-orang yang sahabat pimpin.
2. Belajar berinisiatif.
Tanpa inisiatif, Sahabat tak akan berkembang. Tak akan ke
mana-mana. Tak akan mencapai puncak. Boleh jadi sahabat sudah mapan, sudah nyaman pada posisi
yang sahabat duduki saat
ini. Tapi, jika sahabat
terus-terusan berpuas diri, sahabat bisa
digusur orang lain. Jadi, teruslah mengasah inisiatif sahabat.
3. Belajar disiplin.
Telisik diri sahabat. Apakah sahabat selalu datang
ke kantor tepat waktu? Apakah sahabat
termasuk tipe orang yang menghargai waktu? Apakah sahabat sering menepati janji? Ya, disiplin
adalah kunci sukses menjadi pemimpin. Ingat, orang pertama yang sahabat pimpin adalah
diri sendiri. Jika sahabat
gagal memimpinnya, bagaimana mungkin sahabat
memimpin orang lain?
4. Belajar membangun kompetensi.
4. Belajar membangun kompetensi.
Orang yang memiliki kompetensi yang tinggi, akan
melangkah lebih jauh. Untuk menjadi seorang pemimpin, sahabat harus memiliki jurus ini: Kompetensi.
Jika sahabat membangun, sahabat akan
mendapatkannya. Untuk memilikinya, sahabat
harus terus belajar, terus tumbuh, dan terus memperbaiki diri. Willa A. Fester
mencerahkan kita dengan pesannya, "Kualitas tidaklah pernah merupakan
suatu kebetulan. Kualitas merupakan hasil dari tekad yang bulat, upaya yang
tulus, dan kerja keras."
5. Belajar berkomunikasi.
5. Belajar berkomunikasi.
Sahabat
tidak mungkin mengungkapkan kebutuhan organisasi, jika sahabat tidak bisa mengomunikasikannya. sahabat tidak mungkin
menyuruh, jika sahabat susah menyuarakannya. sahabat tidak mungkin meminta,
jika sahabat tidak sanggup menyuarakannya. Demikianlah, sahabat butuh komunikasi.
Karena, sahabat tidak bisa menjalankan organisasi yang sahabat pimpin,
menggerakkan orang-orang yang sahabat pimpin, jika tidak terampil
berkomunikasi.
6. Belajar membangun integritas.
6. Belajar membangun integritas.
Saya yakin, sahabat memiliki integritas diri sebagai
karakter, kepribadian, dan gaya hidup sahabat. Kejujuran, keteguhan hati,
ketulusan, dan keramah-tamahan adalah integritas sahabat. Karenanya, sahabat
pantas menjadi pemimpin. sahabat layak menjadi panutan. Karena pemimpin yang
baik adalah sekaligus bisa menjadi teladan.
7. Belajar membangun hubungan yang harmoni.
7. Belajar membangun hubungan yang harmoni.
Menjadi pemimpin
tidak berarti menguasai. Malah, bisa jadi, berarti melayani. Menjadi pemimpin
tidak selalu memaki-maki. Malah, kalau perlu, memberikan motivasi dan
menyuntikkan semangat. Meminjam istilah Mawell, "Orang tidak peduli
seberapa banyak yang sahabat ketahui, hingga mereka tahu seberapa jauh sahabat
peduli." Atau, mungkin sahabat perlu menyimak fatwa Ma'ruf Mushthofa
Zurayq, "Kita sering dipisahkan oleh batasan, karena kita lebih rajin
membangun dinding, bukan jembatan."
8. Belajar mendengarkan.
Suatu ketika, Wodrow Wilson, mantan Presiden Amerika
Serikat, menyatakan bahwa, "Telinga seorang pemimpin harus mampu menangkap
suara orang banyak." Jika Anda berniat menjadi pemimpin yang baik, maka jadilah
pendengar yang baik. Buka telinga Anda. Simak baik-baik. Jika Anda mendengarkan
bisikan-bisikan karyawan Anda, maka Anda tidak akan mendengarkan
teriakan-teriakan mereka.
9. Belajar bertanggung jawab.
John C. Maxwell, pada satu kesempatan menuturkan,
"Seorang pemimpin dapat melupakan apa pun, kecuali tanggung jawab
akhir." Ya, seorang pemimpin adalah penanggung jawab. Ketika anak buahnya
melakukan kesalahan, bahkan yang berakibat fatal, ia tidak akan menumpahkan
semua kesalahan kepada karyawannya itu. Alih-alih mencari kambing hitam,
pemimpin yang baik malah sibuk introspeksi: Mengapa karyawan saya melakukan
banyak kesalahan? Pemimpin yang bijak adalah biasa merangkul. Bukan
menyudutkan!
10. Belajar menyelesaikan masalah.
Masalah bukan untuk dihindari, melainkan untuk
diselesaikan. Ukuran sukses sahabat ditentukan oleh seberapa hebat sahabat menuntaskan
persoalan yang menimpa. Takaran kehebatan sahabat memimpin ditentukan oleh
seberapa dahsyat sahabat menyelesaikan masalah yang sahabat hadapi. Kalau ada
kritik atau cercaan anggap itu sebagai sebuah proses pendewasaan diri. Ada
pepatah mengatakan “kalau kita sakit, pil pahit sepahit apapun akan kita telan
untuk mengobati rasa sakit dalam diri kita” dan anggap saja masalah itu adalah
hujan serta cita cita keberhasilan itu adalah matahari, maka kita membutuhkan
keduanya untuk melahirkan pelangi yang indah demi sebuah bahasa kejayaan.
KEPEMIMPINAN
STRATEGIS
Kemajuan
organisasi bukan merupakan nasib baik atau kemujuran, tetapi dicapai melalui proses
yang membutuhkan energi besar dan ketahanan menghadapi hambatan,. Tugas
pemimpin adalah menciptakan sinergi yang solid melalui visi, misi, strategi,
dan arsitektur yang disiapkan sebagai sarana mencapai tujuan tertinggi.
Pemimpin teratas wajib memahami lingkungan organisasi yang mencakup seperti apa
organisasi yang dipimpinnya lima tahun sampai sepuluh tahun kedepan, dan
menciptakan arah kemasa depan sehingga setiap orang akan mempercayainya.
Menghadapi dunia
yang perubahannya begitu cepat, pemimpin dihadapkan pada situasi yang kompleks,
informasi yang ambigu, globalisasi yang melanda seluruh belahan dunia, terorisme,
deregulasi, kemajuan teknologi yang cepat, berubahnya demografik serta gaya
hidup konsumen. Hal ini kadang-kadang menciptakan beban dan stres berat bagi
pemimpin, yang kemudian menyebabkan banyak diantara mereka berfokus
A.
Visi kepemimpinan
Visi
dapat dianggap sebagai impian yang ingin diwujudkan, tentunya mencerminkan
ambisi, daya tarik besar, hasrat, semangat dan keadaan atau perwujudan ideal
dimasa depan. Visi bukanlah impian kosong, tetapi mengandung ambisi besar dalam
memandang masa depan, dimana saat ini belum terwujud dan tercapai. Tetapi
impian tersebut bukanlah impian yang melambung tinggi, tetapi mengandung unsur realistis,
dan mempunyai potensi untuk dicapai dimasa depan. Visi ini akan menjadikan
setiap orang didalam organisasi percaya bahwa keinginan tersebut merupakan
sesuatu yang sangat berharga untuk dicapai dengan penuh pengorbanan (nanus,
1992)
Visi mengandung
tantangan besar yang harus dihadapai oleh sebuah organisasi, dan dianggap
sebagai bintang petunjuk (guiding star) yang mengarahkan langkah setiap orang
untuk mewuudkannya. Visi ini akan menjadi pedoman setiap kader dalam bertindak
dan mengambil keputusan sehinga mengarahkan organisasi pada perubahan ideal
dimasa depan. Dengan visi yang jelas dan dimiliki bersama oleh seluruh anggota
organisasi, pemimpin menolak status quo dan senantiasa mencipakan perubahan
bagi kemajuan organisasi (daft & lengel,1998)
Organisasi tanpa visi yang jelas akan bergerak
dengan ragu-ragu dan mudah terombang ambing oleh tekanan eksternal. Akibatnya
setiap orang dalam organisasi akan kehilangan komitmen dan lebih banyak
bergerak untuk mencapai tujuan-tujuan yang sepele. Organisasi akan berjalan
lambat dan tidak akan pernah menghasilkan perubahan yang signifikan dan berharga.
B.
Visi menghubungkan
keadaan saat ini kemasa depan
Visi
yang efektif menghubungkan apa yang sedang terjadi saat ini dengan apa yang
dicita-ciatakan organisasi untuk dicapai dimasa depan. Visi mencerminkan
perwujudan masa depan, tetapi visi dimulai disini dan saat ini, masalahnya
adalah banyak pemimpin yang hanya berfokus pada masalah-masalah yang muncul
saat ini, tetapi sangat jarang yang berusaha berkontemplasi dan memvisualisasikan
masa depan bagi organisasinya. Pemimpin yang efektif harus memiliki visi
bifocal(bifocal visien) yaitu kemampuan untuk melihat dan menghadapi kebutuhan
organisasi saat ini dan memenuhi kewajiban saat ini sementara juga harus mampu
mencapai impian dimasa depan.
C. Visi
menggerakkan energy dan komitmen
Visi
yang efektif akan menimbulkan inspirasi, semangat, spirit, dan komitmen untuk
diperjuangkan mencapai sesuatu yang lebih bermakna bagi kehidupan umat. Visi
menggerakkkan kader menuju transendensi diri sehingga bekerja bagi mereka bukan
sekedar mencari uang semata, tetapi lebih bermakna dari itu seperti aktualisasi
diri, membangun bangsa dan Negara dan mensejahterakan melalui produk organisasi
yang unggul
KOMUNIKASI
KEPEMIMPINAN
Komunikasi
merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi
merupaan unsure yang mendorong kemajuan peradaban manusia, dan tanpa
komunikasi, peradaban manusia tidak akan berkembang dengan pesat. Melalui kemampuan
berkomunikasi menjadikan kehidupan manusia berbeda secara signifikan dengan makhluk
ciptaan tuhan lainnya. Komunikasi tidak diragukan lagi merupakan ketrampilan
yang harus dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya.
Didalam organisasi komunikasi menjadi sarana untuk mengarahkan dan
mengendalikan setiap kegiatan, komunikasi juga menjadi sarana untuk memahami
tujuan organisasi dan mempengaruhi orang-orang untuk meyakini bahwa tujuan
organisasi dimasa depan merupakan hal yang berharga untuk diperjuangkan.
Melalui komunikasi yang efektif setiap orang didalam organisasi akan memiliki
pemahaman dan perspektif yang sama dalam memahami visi dan misi organisasi
dimasa depan.
Bagi seorang pemimpin ketrampilan
berkomunikasi merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan merupakan
hal yang mutlak untuk dikuasai secara baik. Pemimpin harus sukses dalam
mengkomunikasikan visinya kepada orang lain. Kesuksesan ini tidak sederhana
dengan hanya memberitahukan begitu saja, tetapi melibatkan banyak aktifitas dan
sarana untuk menanamkan visi organisasi kedalam kesadaran setiap kader.
A. PENGERTIAN
KOMUNIKASI
Komunikasi
berasal dari bahasa latin, yaitu
communis yang artinya sama, kemudian menjadi communjicatio yang berarti
pertukaran pikiran, dan kemudian diambil alih didalam bahasa inggris menjadi
communication. Untuk itu komunikasi dapat didefenisikan sebagai sebuah proses
penyampaian informasi, pengertian dan pemahaman antara pengirim dan penerima.
Intinya dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli bersumber dari
adanya informasi yang ingin disampaikan kepada komunikan dari komunikator
melalui lambang-lambang yang mengandung arti(bahasa, symbol, dll) untuk
mencapai kesamaan pemahaman antara keduanya (de vito. 1996).
Pemimpin
harus lebih banyak mengkomunikasikan gambaran yang luas, visi kedepan dari pada
sekumpulan data dan fakta. Jika manajer berperan sebagai pemroses informasi
yang menyebarkan data secara akurat, maka pemimpin memiliki peran yang didasari
pada keyakinan bahwa komunikasi merupakan sarana yang penting untuk mencapai visi
organisasional. Pemimpin tidak saja
dituntut untuk mampu berbicara secara efektif, tetapi juga harus mampu menjadi
pendengar yang efektif. Pemimpin tidak saja menyebarkan informasi melalui
kata-kata dan tindakannya, tetapi pemimpin juga menyuarakan keyakinan,
komitmen, dan semangat pada kadernya.
Siapakah
pemimpin itu ? kita banyak melihat sepak terjang para pemimpin dinegeri ini,
tetapi kadang-kadang kita sendiri tidak memahami fenomena kepemimpinan
tersebut. Apa sesungguhnya figur seorang pemimpin tersebut, apa itu
kepemimpinan, dan seperti apa dinamika kepemimpinan yang terjadi didalamnya.
Pemimpin adalah seorang yang membuat, dan menciptakan orang lain menjadi lebih
mandiri tidak semakin tergantung, menjadikan orang lain lebih kreatif bukan
peniru, menjadikan orang lain lebih cerdas tidak semakin bodoh, menjadikan
orang lain lebih matang bukan semakin kekanak-kanakan dan menjadikan orang lain
berdaya guna bukan menjadikan orang lain yang tersia-siakan
B. TANTANGAN DAN
HARAPAN
Menjadi pemimpin
bisa meneguhkan biografi diri seseorang. Menguatkan dirinya sebagai yang
berada, tak sebatas ada. Namun status tersebut selalu menghadirkan tantangan
sekaligus harapan. Baik dalam proses pencapaian status tersebut maupun dalam
proses kreatifnya. Pemimpin selalu menjadi yang terdepan; menerima efek positif
dari tingkah lakunya, atau juga sebaliknya, menanggung resikonya.
Menjadi pemimpin
bukanlah hal yang mudah. Sebab sikap-sikap kepemimpinan diperoleh bukan dari
bakat sejak lahir, ataupun dengan mempelajarinya selama beberapa jam-jam pertemuan.
Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus menerus dalam berbagai tahapan.
Jadi sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan sesuatu yang sifatnya pasti,
tetap atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun diri melalui serangkaian
tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir serta kedewasaan sikap. Sikap
itu bukan sesuatu yang bisa mencapai tahap finish. Serangkaian proses yang tak
pernah usai tersebut menjurus pada satu tujuan, menjadi pemimpin yang
sesungguhnya. Lalu, bisakah seseorang menjadi pemimpin yang sesungguhnya?
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Pemimpin yang sesungguhnya atau lumrah disebut sebagai pemimpin ideal dalam arti paling purba adalah seorang pemimpin yang mampu menjalankan fungsi dan perannya, yang tak lain adalah mengatur. Setidaknya dalam ranah ideologis memang demikian, namun akan memperoleh perluasan jika dibenturkan dalam ranah praktis. Dibenturkan dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Apa yang
diajarkan Ki Hajar Dewantara setidaknya bisa menjawab permasalahan ini. Seorang
pemimpin adalah;
v Ing Ngarso
Sung Tuladha (di depan sebagai contoh),
v Ing
Madya Mangun Karso (di tengah memberi semangat),
v Tut
Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan).
Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin
jauh dari sikap pemanfaatan kekuasaan untuk memerintah seenaknya.Menjadi
seorang pemimpin ideal memang sulit dan memerlukan proses belajar yang panjang,
namun bukan berarti tidak mungkin. Pada dasarnya manusia adalah pemimpin, setidaknya
menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan idiom bahwa tiap
manusia akan menanggung sendiri dari apa yang telah ia lakukan. Jadi di sini
manusia dituntut untuk bisa mengontrol dirinya agar tetap pada koridor dan
nilai-nilai tertentu. Namun seorang pemimpin baru akan benar-benar memperoleh
tantangan jika dia menjadi pemimpin dalam organisasi atau kelompok tertentu.
Sebab di sini dia juga bertanggung jawab bukan hanya pada apa yang dia lakukan,
tapi juga apa yang dilakukan oleh anggotanya.
Lebih dari itu, juga bertanggung jawab atas tercapai
atau tidaknya tujuan tertentu. Sehingga
filosofi hidup yang diutarakan Ki Hajar Dewantara di atas sekaligus merupakan
tantangan untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Di depan sebagai contoh,
artinya selain ia menjalankan tugas pokok sebagai pemimpin, ia juga harus mampu
bersikap positif, mampu memberikan positif impact, sehingga ia layak untuk
menjadi "bahan" percontohan sikap dan prilaku bagi liyan (the other)
yang tak lain adalah para anggotanya. Selanjutnya, di tengah memberi semangat,
artinya dalam aktifitas untuk mencapai tujuan, seorang pemimpin tidak melulu
mengatur, pemimpin harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan penyemangat agar
para anggota juga tidak merasa diperas, ditekan dalam aktifitasnya. Ketiga, di
belakang memberi dorongan, di sinilah seorang pemimpin tidak selalu dalam
posisi di depan dalam derap langkah sebuah aktifitas.
Seorang pemimpin yang ideal harus mampu dan mau
“turun tahta” untuk sementara waktu, untuk membaur bersama anggota dan
memberikan dorongan-dorongan di saat mereka dalam keadaan lemah, fisik atau pun
mental. Sikap-sikap tersebut mencerminkan sikap luwes (transformatif) pada diri
pemimpin. Dia mampu memerankan berbagai adegan dalam kancah aktifitas berorganisasi.Selain
sikap sekaligus tantangan bagi pemimpin ideal di atas, pemimpin juga diharapkan
mampu menjalani komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah
(medium) antara pemimpin dan anggota. Hemat penulis, terjalinnya komunikasi
yang baik, akan tercipta pula iklim harmonis dalam organisasi tersebut.
Sehingga sangat wajar jika Marshal Mc. Luchan mengatakan, "medium is
power".
Komunikasi adalah kekuatan sekaligus kekuasaan. Atau
dengan ekstrim Cicero mengatakan "tak ada satu hal pun yang tak dapat
diciptakan atau dihancurkan atau dapat diperbaiki dengan kata-kata", di
mana kata adalah modal utama komunikasi. Namun harus diakui untuk mencapai
sikap-sikap itu butuh proses panjang. Sehingga muncul pertanyaan yang cenderung
politis, mengapa seseorang ingin jadi pemimpin? Pertanyaan ini akan terjawab
jika tujuan sekaligus harapan menjadi pemimpin terjawab. Secara internal,
harapan sekaligus tujuan seseorang untuk memimpin, jika meminjam istilah
Friedrich Nietzche adalah adanya kehendak untuk berkuasa (the will to power).
Bakat alami yang dimiliki oleh manusia adalah keinginannya untuk menguasai.
Kehendak untuk berkuasa di sini dapat dirumuskan sebagai kekuatan yang
memerintahkan tanpa adanya suatu pasivitas. (St. Sunardi, 2009: 63). Harapan
ini mengendaikan orang lain agar mengatakan "Ya" atas ide, perkataan,
hingga tingkahlaku kita.
Di sinilah persepsi mengenai pemimpin menemui
definisi memerintah. Menjadi pemimpin itu mudah karena hanya memerintah.
Selain itu, menunjukkan eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita memimpin dengan baik.
Selain itu, menunjukkan eksistensi juga menjadi tujuan seseorang menjadi pemimpin. Jika mengacu pada teori Abraham Moslow, maka menjadi pemimpin adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi diri. Meneguhkan biografi diri dalam pergolakan di panggung dunia. Sebab efek yang tak disadari dari seorang pemimpin adalah menjadi populer.
Dua faktor esensial inilah yang menjadikan seseorang ingin dan berani menjadi pemimpin. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita memimpin dengan baik.
C.
Pemimpin Ideal Dalam Islam
Perihal mengenai
kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk
didiskusikan. Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang,
tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat. Wacana kepemimpinan ini timbul karena
sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Maka
ada beberapa kriteria pemimpin yang patut kita jadikan pedoman dalam memilih
seorang pemimpin. Yaitu :
- Beriman & Bertaqwa
dengan sebenarnya, yaitu: mampu memelihara hubungan baiknya dengan Allah
(seperti dengan shalat), memelihara hubungan baiknya dengan manusia
(seperti dengan zakat) & tunduk secara bersama kepada Allah, Rasul-Nya
& orang-orang beriman.
- Amanah /credible /
dapat dipercaya sebagai wujud keimanannya pad Allah (HR. Ahmad, QS. 2:
283). Allah mengisyaratkan untuk mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat
& dapat dipercaya (الْقَوِيُّ الْأَمِينُ : QS. 28: 26). Secara
umum, orang dipercaya karena 2 hal, yaitu:
- Integritas kepribadiannya,
seperti: shiddiq (benar & jujur), adil, ramah, istiqamah &
bertanggung jawab. Uswatun hasanah
- Kemampuannya,
seperti: profesional/ahli dalam memenej
tugas, atau fathanah /cerdas. Pemimpin yang fathanah harus memiliki 3
kecerdasan, yaitu:
- Kecerdasan
intelektual: Berilmu, berwawasan luas, cerdas-kreatif, memiliki
pandangan jauh ke depan / visioner (QS. 59: 18)
- Kecerdasan
spiritual: Kemampuan menterjemahkan kehendak Allah dalam pikiran, sikap
& prilaku. Dia melakukan sesuatu bukan karena yang lain melainkan
hanya karena Allah semata (Ikhlas)
- Kecerdasan
emosional: Sabar, yakni mampu mengendalikan emosi jiwanya, tahu kapan
harus bertindak tegas & kapan toleran.
- Syajâ‘ah, yaitu:
berani menyatakan kebenaran & memutuskan perkara secara adil &
bijak, serta berani menyeru pada kebaikan & mencegah kemungkaran.
Hanya orang yang benar-benar bersih & yakin akan kebenaran yang
diperjuangkannya serta takut pada Allah yang berani menyampaikan kebenaran
risalah Ilahi.
- Mencintai & dicintai Rakyatnya, Bukti kecintaan pemimpin terhadap rakyatnya yaitu dia kenal &
dekat dengan rakyatnya, peka dan peduli terhadap nasib rakyatnya, tidak
mau menyusahkan mereka dan selalu mendoakannya. Kemampuan merasakan
penderitaan manusia dan sangat peduli dengan keselamatan mereka, dan
dimiliki oleh Nabi saw yang tulus mencintai mereka.
- Uswatun Hasanah,
yaitu: bisa menjadi teladan yang baik dan teduh sehingga mampu mendidik
orang yang dipimpinnya dengan keteladanan dan nasihat yang baik pula.
Ketika dalam sebuah
komunitas, tidak ada calon pemimpin yang bisa memenuhi kriteria pemimpin ideal
seperti di atas, maka kita dituntut untuk bisa menimbang calon pemimpin yang
paling mendekati kriteria tersebut. Untuk itu, cari info sebanyak-banyaknyanya
dari orang-orang terdekat atau orang yang pernah dekat dengannya.
Jika track record-nya buruk, bermasalah, dzalim
apalagi suka mempermainkan agama (QS.5: 51,57) maka haram untuk
memilihnya. Jika tetap mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, maka pilih
yang paling sedikit madlaratnya. Kaidah fiqhiyyah menuntunkan: أَخَفُّ الضَّرُورين
: pilih yang paling ringan madharatnya di antara keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar