Jumat, 31 Oktober 2014

Manusia bukan sampah tapi makhluk bermartabat

Foto: Direktur Program Ansor Digdaya Way Kanan Heri Amanudin menyampaikan materi migrasi aman

Way Kanan, Lampung
Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Way Kanan, di Blambangan Umpu, Kamis (30/10) memaparkan migrasi aman kepada puluhan anggota Darma Wanita Persatuan (DWP) di daerah yang berada di ujung utara Provinsi Lampung itu.

"Manusia bukan sampah tapi makhluk bermartabat. Perdagangan orang harus dihentikan," ujar Direktur Program Ansor Digdaya (Mendidik Generasi Memberdayakan Masyarakat) Kabupaten Way Kanan Heri Amanudin.

Perdagangan orang atau human traficking, demikian Heri menjelaskan, ialah pengrekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan manusia melalui ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk lain pemaksaan, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau pemberian atau penerimaan pembayaran atau manfaat guna mendapatkan persetujuan seseorang yang memiliki kuasa atas orang lain.

"Bentuk-bentuk perdagangan orang yang umum terjadi ialah eksploitasi seksual, antara lain, pelacuran, pelecehan seksual dan lain sebagainya. Namun adapula eksploitasi fisik hingga organ tubuh," papar Heri.

Guna menghindari perdagangan orang, ujar Heri lagi, setiap mau berangkat keluar negeri harus diketahui dengan jelas agennya, calon pekerja harus memenuhi syarat-syarat migrasi aman, yakni terlengkapinya data diri hingga surat dari institusi terkat yang jelas.

PC GP Ansor Way Kanan bekerja sama dengan International Organization for Migration (IOM) Indonesia dan Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) FSGM untuk mengkampanyekan migrasi aman di daerah yang memiliki 227 kampung/kelurahan dari 14 kecamatan yang berada di sebelah utara Kabupaten Lampung Utara tersebut selama satu tahun. 


PMII STKIP Nurul Huda OKU Timur Gelar MAPABA Gelombang II



OKU Timur,
Pengurus Komisariat PMII STKIP Nurul Huda Sukaraja Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan kembali menggelar acara MAPABA (masa penerimaan anggota baru) gelombang kedua ditahun 2014 ini. Setelah pada 11-12 Oktober yang lalu sukses menggelar Mapaba gelombang pertamanya di Balai Desa Tebat Jaya Kecamatan Buay Madang.

Menurut ketua panitia Muhamad Mahfudz Asrori kegiatan Mapaba gelombang II ini diselenggarakan atas inisiatif dari sahabat-sahabat yang kemaren pada gelombang pertama mengikuti Mapaba, sehingganya mereka merasa perlu mengajak kawan mahasiswa lainnya yang belum terakomodir di organisasi untuk dapat bergabung.
Kegiatan Mapaba gelombang II ini berlangsung di Balai Desa Sumber Mulyo BK 3 Kecamatan Buay Madang Timur Kabupaten OKU Timur pada 31 Oktober- 2 November. Dengan tema “membentuk kader PMII yang Taqwa, Berintelektual ,Profesional Dan Komitmen, Ujar Mahfudz di sekretariat bintang sembilan PMII

Sementara itu Nurul Huda Ketua PMII STKIP OKU Timur mengatakan bahwa Kaderisasi adalah ruh organisasi, sehingganya hal itulah yang menyebabkan ia dapat bergerak dan dapat dirasakan serta dilihat. Oleh karenanya, penjenjangan kaderisasi yang ada di PMII bukan hanya proses asal-asalan tetapi harus dilihat sebagai upaya kesinambungan kader dalam mendapatkan proses ideologisasi, pemaknaan orientasi, penguasaan historis, perangkat nilai, perangkat analisis, dan pembentukan jati diri kader dalam memahami segala bentuk peradaban.

Sebagai sebuah organisasi kader, PMII menitik-beratkan eksistensinya pada pemberdayaan,pengembangan, penguatan kapasitas kader, serta pangabdian sosial, sebagaimana yang termaktub dalam tujuan PMII (Anggaran Dasar Pasal 4), imbuh huda. 

Rabu, 29 Oktober 2014

PELUANG dan TANTANGAN PMII


Penyebab mundurnya anggota dan kader PMII
1)      Tidak mendapatkan manfaat dari PMII
2)      Tidak adanya soft skill yang diberikan
3)      Jauhnya Kondisi letak geografis alamat rumah dengan kampus
4)      Kondisi financial/keuangan
5)      Pengurus tidak tahu tugas sebagai  pengurus
6)      Terjadinya egoisme antar pengurus sehingga berujung pada saling menyalahkan dan saling mengandalkan
7)      Komunikasi yang kurang maksimal dengan senior
8)      Belum semua Pengurus komisariat mengikuti PKD

PROGRAM PELANGI
(PENGABDIAN LANGSUNG GENERASI UNTUK NEGERI)

1)      Buku Kaderisasi yang didesain didalam Block Note MAPABA, PKD, PKL, berisikan materi Sejarah PMII, Sejarah Lokal, AD/ART, Nama dan foto Pengurus
2)      Terselenggaranya PKD dan mendesak Pengurus Cabang untuk mengadakan PKL dan TOT
3)      Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik
4)      Pelatihan Daur Ulang Sampah
5)      Pelatihan Pembenihan Ikan
6)      Workshop sidik jari
7)      Workshop Jurnalistik Buat Pelajar
8)      Pendirian TK/PAUD
9)      Lomba Pidato Anti Korupsi
10)   Poster Anti Korupsi
11)   Skenario Anti Korupsi
12)   Lomba Lagu Wajib Mars Dan Pop
13)   Tanaman Gantung Dari Botol Aqua/bambu
14)   Dokumen Video Kegiatan
15)   Kalender Berisikan Kader Dan Foto Kegiatan
16)   Publikasi Media Cetak & Online
17)   Buku 100 Tokoh Sukses OKU Timur
18)   Festival Budaya Islam (Rebana, Kaligrafi, Al Barjanji, Marching Band DA’i Cilik)
19)   LPK Menjahit Dan Pertukangan
20)   Mendirikan Bimbel
21)   Soal Tri Out
22)   Silaturahmi kepanti asuhan yatim piatu

Tambahan kegiatan dipengkaderan formal
1. Wawancara masyarakat
2. Pelatihan bilal dan khotib
3. Sholat tahajud
4. Kirab bendera

5. Caraka Malam/Heking

Cerita tapal batas Indonesia - Papua Nugini

Kunjungan kali pertama ke Jayapura selain menyisakan rangkaian foto yang diam tak bergeming juga ada kesan tersendiri dari kunjungan seumur hidupku. Dengan pemberangkatan dari OKU Timur tanpa diduga dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan akhirnya bisa sampai didaerah paling timur negeri ini, bumi cendrawasih tanah papua. Diawal tulisan ini saya mengucapkan ribuan terimakasih yang pertama kepada Ketua Umum PB KOPRI PMII (mbak Irma Mutoharoh/putri terbaik sumatera selatan) karena telah menjadi gerbang awal pemberangkatan kami berdua (heri amanudin dan heni iswanti) ceritanya adalah dipagi hari Pukul 10.00 WIB ketika saya mengikuti rapat bersama Syuriah Dan Tanfidziyah Nahdlatul Ulama OKU Timur dikediaman Ustadz Romdhon Sumber Harjo, kemudian sahabat Heni Iswanti (Ketua KOPRI OKU Timur) menghubungiku kalau ada tiket pemberangkatan yang bisa digunakan untuk kami berdua berangkat kepapua. Kemudian ucapan terimakasih selanjutnya kepada beliau bunda H.NILAWATI (Anggota DPRD Provinsi Sumatera Selatan) dan Ayahanda Affiful Ikhwan (Ketua Tanfidziyah NU OKU Timur) yang mensuport dalam hal mental dan material sehingga kami dapat berangkat sampai Jakarta. Ada beberapa kalimat yang aku ingat dan tetap aku jadikan pedoman dalam hidupku sampai saat ini.  Ucapan selanjutnya kepada sahabat Nurul Huda yang telah meminjamkan pakaiannya kepadaku,(soalnya saya hanya bawa baju satu stel saja, yang saya pakai hari itu dari pagi sampai malam hari, maka sekitar 4 stel pakaianya saya bawa)  

Dipagi harinya Akhirnya kami berdua lets goo kejayapura... (emmm ada cerita tak mengenakkan sebenarnya ketika sahabat heni iswanti masih tertinggal di OKU Timur karena terancam gak jadi meluncur,akhirnya karena berkat Allah SWT melalui perantara mbak irma muthoharoh kami dapat terbang mewakili PMII Provinsi Sumatera Selatan...
Foto-foto ini Meski tidak seluruhnya, sedikit banyak saya ingin menggambarkan deretan foto-foto diam ini menjadi sebuah tulisan yang mungkin akan memberikan gambaran bagi semua pembaca yang ingin tahu lebih banyak tentang perbatasan RI - Papua New Guinea (PNG).
Kunjungan ke Papua, tak lengkap rasanya bila tidak mengunjungi tempat yang satu ini. Ya....perbatasan RI - PNG ternyata menyimpan sebuah eksotik tentang keindahan alam senyatanya. Walau sebenarnya tak mudah untuk datang kesana. Perlu sebuah prosedur, kelengkapan diri, perijinan dan situasi keamanan. Bila sedang terjadi pertikaian antar suku, maka wilayah perbatasan itu akan ditutup. Namun saya tetap bersyukur, karena saya adalah salah satu peserta MUSPIMNAS PMII (Musyawarah Pimpinan Nasional Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), setidaknya membuat saya dan sahabat-sahabat PMII Se-nusantara mendapatkan kemudahan untuk berkunjung ke perbatasan ini.
Perbatasan RI - PNG adalah sebuah batas yang memisahkan Indonesia dan Papua New Guinea. Namun demikian tempat ini menjadi tempat yang unik untuk berwisata karena keindahan panorama alamnya. Letaknya bila dari Indonesia berada di desa Skouw, Distrik Muara Tami, Jayapura. Sementara, bila dari PNG terletak di Dusun Wutun, Propinsi Sandaun, Papua New Guinea.

Untuk sampai di daerah ini, diperlukan waktu kurang lebih 2 jam dari Jayapura. Dan harus melewati beberapa perkampungan yang mempunyai ciri khas tersendiri. Yakni dari Abepura, Waena, melewati Tanah Hitam atau yang lebih dikenal dengan Kampung Yotefa, yaitu perkampungan yang didominasi oleh masyarakat Ujung Pandang. Setelah itu melewati Kampung Nafri. Kampung Nafri ini kata sahabat saya dari jayapura adalah daerah merah karena sebagian penduduknya adalah pendukung OPM.


Selanjutnya perjalanan akan melewati perkampungan Enrekang yang penduduknya sebagian besar hidup bercocok tanam. Perkampungan ini lebih dikenal dengan Koya Koso. Setelah itu baru memasuki perkampungan suku Wamena yang ditandai dengan rumah honei di kiri kanan jalan.

Berlanjut kemudian adalah Abe Pantai, yaitu sebuah perkampungan yang didominasi oleh masyarakat asal Buton/Sulawesi. Dan selanjutnya memasuki Koya Barat, sebuah perkampungan yang mayoritas penduduknya berasal dari Jawa. Ada pemandangan yang menarik disini. Banyak penjual jagung rebus, kacang rebus dan makanan ringan lainnya yang berada di tepi kiri dan kanan jalan.

Setelah melewati Koya Barat, sampailah di Koya Timur. Disini terdapat kolam pemancingan yang menjadi tempat persinggahan para wisatawan untuk sekedar memancing atau mencari lalapan ikan, menu khas Jawa yang spesial.


Jalanan menuju perbatasan RI - PNG sangat mulus. Meski berkelok-kelok namun aspalnya sangat bagus, hingga memudahkan kita sampai ditempat tujuan dengan cepat. Tak ada kendaraan khusus untuk menuju perbatasan. Bila kita ingin kesana harus menggunakan mobil pribadi, ojek atau mobil rental. Dalam perjalanan ini mata kita akan dimanjakan pemandangan disekeliling kiri dan kanan jalan yang ditumbuhi hutan yang membuat kita tak merasakan hawa panas.

Setelah melewati hutan yang lumayan panjang, maka sampailah kita sebuah jalan yang di samping kiri kanannya terdapat bendera merah putih. Jalan itu menunjukkan bahwa kita telah mendekati pos penjagaan TNI yang letaknya disebelah kiri dan kendaraan roda empat wajib buka jendela. Untuk wisatawan umum diharuskan meninggalkan KTP disitu. Karena kami bersama anggota POLRI, akhirnya seorang dari mereka mengawal kami hingga ke dalam.

Begitu mendekati perbatasan, terdapat pos Kepolisian RI, yang merupakan kantor imigrasi RI. Sampai disitu jalan ditutup dengan portal. Wisatawan wajib lapor disitu. Karena kami mendapat pengawalan dari petugas postas, akhirnya portal itupun dibuka.

Sebuah ketentuan yang berlaku bagi semua wisatawan tanpa terkecuali, jalan yang diijinkan untuk dikunjungi jaraknya hanya kurang lebih 300 meter dari pos itu. Dan perbatasan antara RI - PNG ditandai dengan sebuah pagar berwarna kuning pada kedua wilayah. Namun tanda dari kedua wilayah itu memberikan keunikan tersendiri. Wilayah Indonesia ditandai dengan tugu berbentuk tifa, sedang wilayah PNG ditandai dengan gapura berbentuk totem yang bertuliskan "Welcome To Papua New Guinea.



Sementara itu, diantara masing-masing wilayah perbatasan, ada sebuah garis demarkasi sepanjang 30 meter, yaitu garis internasional yang merupakan tempat netral dan memisahkan dua negara. Jadi untuk melalui garis ini tidak diperlukan paspor alias bebas. Disinilah sering digunakan lalu lalang penduduk PNG untuk berbelanja ke Jayapura, bahkan ditempat itu pulalah penduduk Papua New Guinea yang mempunyai kerabat dari Jayapura sering bertemu. Sedangkan paspor digunakan untuk memasuki pos ke-2 yang letaknya kurang lebih 1 km dari batas itu. Masuk ke area ini kita tidak boleh membawa kamera.

Banyak pemandangan indah yang dapat kita nikmati setelah memasuki pagar pembatas itu. Ada deretan kios milik penduduk Papua New Guinea yang menjual asesoris, seperti kaos, topi, mug, shal, payung, kain pantai, makanan kaleng dan sebagainya. Dan untuk berbelanja di kios itu, kita dapat menggunakan mata uang Rupiah. Namun demikian kita tidak dapat menawarnya, karena mereka tidak mengerti mata uang Rupiah.

Harga yang mereka tawarkan selalu bulat, seperti Rp. 25.000,- Rp. 50.000,- dan sebagainya. Namun demikian tak banyak perbedaan antara postur tubuh orang Papua New Guinea dan orang Papua Indonesia. Yang membedakan mereka adalah bahasanya. Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Inggris logat Fiji campuran bahasa Indonesia. Sedangkan mata uang yang mereka gunakan adalah Kina. 1 kina setara dengan Rp. 3.000,-

Selain dapat membeli beberapa asesoris di kios-kios itu, kita dapat juga menikmati keindahan pulau Putung dari kejauhan. Sayangnya tak mudah mengambil gambar di tempat itu. Kadang kitapun harus mencuri kesempatan untuk mengabadikan foto pribadi, karena ada penjual jasa foto di tempat itu. Sekali jepret mereka minta imbalan Rp. 50.000,- dan tidak bisa ditawar.
Yah....inilah sekelumit perjalanan yang tak mungkin aku lupakan dalam sejarah hidupku.

I LOVE YOU PMII.....

Go Entrepreneur. . . . !!

 


Peringatan hari sumpah pemuda tanggal 28 oktober 2014 harus menjadi momentum bangkitnya pemuda indonesia, rasanya harus menjadi momentum yang tepat bagi pemuda Indonesia untuk kembali merenung sejenak tentang permasalahan bangsanya, khususnya berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh pemuda itu sendiri seperti tingginya tingkat pengangguran yang berujung pada maraknya tindak kriminalitas. kemerdekaan yang benar-benar merdeka dari kungkungan ketidak beranian mengambil sikap untuk berwirausaha mendirikan usaha sendiri. Ini adalah problem akut yang masih menjadi momok mengkhawatirkan hingga saat ini. Padahal Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi persoalan pengangguran di kalangan pemuda.

Seperti menggalakkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) yang kini mulai semakin nyata pasca dirilisnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor: 60/2013 tentang susunan organisasi, personalia, dan mekanisme kerja lembaga permodalan kewirausahaan pemuda (LPKP).

Maka dengan adanya kebijakan tersebut sebenarnya menjadi angin segar bagi pemuda Indonesia untuk dapat mengaplikasikan ide dan pemikiran wirausahanya menjadi nyata dan dapat menjadi pelopor ekonomi kerakyatan ditengah-tengah masyarakat.

PP ini merupakan tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor: 40/2009 tentang Kepemudaan yang bertujuan untuk mendorong generasi muda menjadi wirausaha handal dan menjadi generasi yang menciptakan pekerjaan bukan malah mencari pekerjaan, yang setiap hari kesana kemari memasukkan lamaran kerja diberbagai perusahaan .

Sebetulnya, secara resmi pembentukan LPKP yang dituangkan dalam PP Nomor: 60/2013 ini ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 12 September 2013.
Tentu saja langkah maju pemerintah ini patut kita apresiasi, mengingat PP ini merupakan harapan bersama untuk menyukseskan semangat gerakan kewirausahaan nasional.

Karena kita harus mengakui bahwa jumlah pengusaha di Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.

Bayangkan saja sekitar 240 juta penduduk Indonesia, hanya 1,26 persen saja yang memilih untuk berwirausaha. Padahal menurut Sosiolog David McClellandt, suatu negara disebut makmur jika mempunyai jumlah wirausahawan minimal 2 persen dari jumlah penduduknya.

Ini artinya kita masih membutuhkan sekitar 1,77 juta wirausahawan baru untuk mencapai batas minimal tersebut.

Hal serupa juga dikatakan oleh Joseph Schumpeter, seorang ahli ekonomi pembangunan yang melihat dinamika dan kemajuan ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh pasokan wirausaha yang dimilikinya.

Jadi, dari persoalan minimnya pasokan wirausaha yang dimiliki negeri kita saat ini, terkendala oleh beberapa persoalan besar sekaligus menjadi tantangan dunia kewirausahaan seperti akses permodalan, akses pasar, regulasi/birokrasi dan kapasitas sumber daya manusia (SDM).
Dari beberapa kendala tersebut, persoalan kesulitan modal menjadi kendala yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan masih sulitnya akses pembiayaan ke lembaga keuangan semisal perbankan.

Contohnya saja dari 56,4 juta pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di seluruh Indonesia, baru 30 persen yang mengakses pembiayaan perbankan dan selebihnya terkendala oleh persoalan prosedur administrasi seperti jaminan dan sebagian besar belum bankable.

Tentu saja persoalan ini merupakan potret yang harus segera dibenahi oleh pihak yang berwenang namun lebih penting dari itu kita sebagai generasi muda bangsa harus benar-benar mempunyai niat dan tekad yang kuat untuk berubah membenahi  perekonomian diri yang mandiri. Kita sebagai umat muslim tentunya harus belajar dengan perjalanan kehidupan tokoh panutan umat muslim sejagat rasullullah  SAW. Mengapa demikian,nabi muhamad SAW sudah memulai mengenal perniagaan ketika masih muda belia yakni usia 5 tahun ketika beliau diajak pamannya berdagang dan ketika usia 19 tahun beliau sudah menjalankan usahanya sendiri. Mari bulatkan tekad dan singsingkan lengan baju untuk memulai satu langkah jemput masa depan dengan berwirausaha. Lets go entrepreneur...

By. HERI AMANUDIN
Ketua Pimpinan Cabang GARUDA KPP-RI Kabupaten Way Kanan
heriamanudin@rocketmail.com
NO HP : 082186942096/085609555768

PEMUDA HARUS SIAP MENJADI PEMIMPIN BANGSA

 
PEMUDA HARUS SIAP MENJADI PEMIMPIN BANGSA

Sebagai pemuda yang peduli akan masa depan bangsa, perlu dan penting untuk menumbuhkan rasa optimisme, bahwa suatu saat Indonesia akan menjadi negeri yang rakyatnya sejahtera, negerinya makmur, dan untuk waktu yang panjang, Indonesia akan mampu memegang tongkat estafet kepemimpinan global. Mengapa demikian, karena setidaknya kita pernah memiliki beberapa modal dan potensi.

Pertama, bangsa ini pernah melahirkan Soekarno, Muhamad Hatta, HOS Tjokroaminoto, dan Tjipto Mangunkusumo yang memiliki komitmen luar biasa bagi tanah air ini. Kedua, adalah Sumber Daya Alam (SDA) melimpah yang dimiliki oleh bangsa kita, dari ujung Sabang sampai Merauke, semuanya adalah hamparan potensi yang bisa menjadi modal utama bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.
Ketiga, adalah modal kesadaran untuk menumbuhkan sikap pahlawan. Kesadaran itu mulai muncul saat Indonesia sedang mengalami guncangan politik yang cukup massif pada pertengahan 1998. Saat itulah keran demokrasi sangat terbuka lebar, maka kesadaran untuk memberikan konsep yang utuh tentang keIndonesiaan mulai muncul hingga saat ini yang mengalami proses transisi konsolidasi demokrasi.

Hajat akbar demokrasi kita telah melahirkan para legislatif dan eksekutif pilihan hati nurani rakyat Indonesia. Sebagai negara yang berdemokrasi kita harus bisa menghargai pendapat orang lain. Kita sebagai warga Negara harus ikut menciptakan Negara yang berdemokrasi. Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga bagi kita.
Mewujudkan budaya demokrasi memang tidak mudah. Perlu ada usaha dari semua warga negara. Yang paling utama, tentu saja, adalah Adanya niat untuk memahami nilai-nilai demokrasi dan Mempraktekkannya secara terus menerus, atau membiasakannya.
Memahami nilai-nilai demokrasi memerlukan pembelajaran, yaitu belajar dari pengalaman negara-negara yang telah mewujudkan budaya demokrasi dengan lebih baik dibandingkan kita. Dalam usaha mempraktekan budaya demokrasi, kita kadang-kadang mengalami kegagalan disana-sini, tetapi itu tidak mengendurkan niat kita untuk terus berusaha memperbaikinya dari hari kehari.
Suatu hari nanti, kita berharap bahwa demokrasi telah benar-benar membudaya di tanah air kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada sebuah petunjuk dari al-Qur’an yang artinya , “sungguh, allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sampai mereka sendiri mau mengubahnya”
Nah, jika demikian, pasti masih ada harapan dan bukan merupakan suatu yang mustahil. Perubahan memang datang dari allah SWT, tetapi ia tak datang begitu saja, mulailah dari diri kita, dengan tetap memohon pertolongan dan mendekatkan diri padanya. Bangun kesatuan, tepis kebencian antar sesama, serta optimalkan waktu dan tenaga untuk kebangkitan demokrasi.
Untuk itu kita harus memiliki visi dan misi yang jelas dalam menjalani kehidupan demokrasi ini. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk merealisasikannya dengan segenap pengetahuan, usaha, dan tekad yang kita miliki. Dalam momentum peringatan hari sumpah pemuda tahun 2014 ini percayalah perubahan demokrasi yang santun itu tidak perlu waktu lama.

By. Heri Amanudin
Direktur Program Ansor DIGDAYA (Mendidik Generasi Memberdayakan Masyarakat)
Gerakan Pemuda Ansor Way Kanan